Isnani Rosyianti

Yang dengan sejuta impian, ingin mewarnai dunia dengan penuh semangat dan tak kenal lelah...

Yang ingin menjadi insan bermanfaat dimanapun ia berada...

Just Keep ur spirit...

do the best and be ur self ^.^

Selasa, 18 September 2018

Teruntuk Bapak dan Ibu

4 September 2018. Kutulis ini, di tengah malam yang larut, pukul 23:57 malam. Sebagai ungkapan rindu dan terimakasih ku pada kalian, Bapak dan Ibuku.
Bapak, ibu, hari ini tadi, ananda benar-benar merasakan lagi, tentang bagaimana nasihat Bapak dan ibu, bagaimana besarnya kasih sayang kalian padaku selama ini.
.
Bapak, Ibu, ananda tahu, melihat ananda menjadi guru adalah salah satu impian Bapak dan ibu. Bahkan itu juga menjadi impian terbesar ananda. Ananda ingin menjadi seorang pengajar, baik menjadi guru, ataupun dosen, intinya ananda ingin mengabdi dalam dunia pendidikan. Itu cita-cita ananda sejak kecil. Alhamdulillahnya Pak, Bu, Allah mengabulkan impian ananda.
.
Ananda diberi Allah amanah menularkan sedikit ilmu yang ananda punya, disini. Di tempat yang ketika aku pertama kali menginjakkan kaki, aku sudah jatuh cinta dengan tempat ini.
.
Bapak, Ibu, ananda sangat bersyukur, Allah menempatkan ananda disini. Ananda bahagia disini.
.
Bapak, ibu, malam ini, ananda ingin menulis ini. menulis tentang bagaimana kisah ananda disini. saat ini.
.
Bapak, Ibu,
Sebegini sulitnyakah menjadi guru? jika ada beberapa siswa yang bandel dan susah untuk diajak bersungguh-sungguh, susah untuk diajak mengerti bagaimana pentingnya mencari ilmu? :(
.
Bapak, ibu, maafkan ananda, jika hari ini tadi bahkan hampir setiap harinya, ananda sering marah-marah pada anak didik ananda. Bahkan ananda sesekali menjewer mereka yang memang bandelnya sudah terlampau batas. Maafkan ananda Pak, maafkan. Ananda telah melanggar nasehat Bapak malam itu. Ananda masih ingat sekali dengan pesan Bapak: "sak nakal-nakale muride sampeyan, sampeyan ndak oleh moro tangan. ojo sampek moro tangan, Nak". Dan ternyata, kenyataannya, ananda masih lalai, masih mudah terbawa emosi. Ananda terkadang masih menjewer mereka, Pak. Maafkan ananda. Karena saking kesalnya ananda, suara ananda sampai serak menjelaskan di depan tapi mereka malah asyik ngobrol sendiri. Sampai tanggal 21 Agustus kemarin, ananda ndak masuk karenanya sakit. suara ananda benar-benar habis. Badan ananda panas. Kepala ananda berat sekali. Sengaja ananda tidak memberitahu Bapak ibu, ananda tidak ingin bapak dan ibu khawatir. Karena ananda tahu, jika ananda sakit, maka Bapak dan Ibu akan lebih sakit. Jika ananda terluka, Bapak dan Ibu akan lebih terluka. Ananda paham betul itu. Ananda tidak mau itu terjadi. Sudah hampir seperempat abad usia ananda ini, ananda selalu membuat Bapak dan ibu khawatir. Jadi, maafkan ananda, Pak.
.
Bapak, ibu, bagaimana caranya membuat mereka memahami bahwa sopan santun dan tata krama itu penting? bagaimana caranya mengajarkan mereka bahwa menghormati ilmu itu penting? bagaimana caranya mengajarkan mereka agar senang dan rajin mencari ilmu?
.
Bapak, ibu, ketika ada anak yg tidak mengerjakan PR, ananda teringat ananda dulu yang sampai larut malam begadang ditemani Bapak, ibu, dan Mbak. Semua ikut menemani dan membimbing ananda. Jika ada soal MTK yang Bapak dan Ibu tidak bisa menjawabnya, ananda sampai menangis dan tidak mau tidur. Ananda sedih sekali ketika itu. Saat itu, ananda tidak ingin mengecewakan guru ananda oleh ketidakpatuhan ananda  dengan tidak menyelesaikan PR. Ananda takut dan tidak mau melihat guru ananda marah. Ananda sangat mencintai mereka, mengagumi mereka semua, guru-guru ananda. Tapi mengapa sekarang jika ananda memberi PR, ada beberapa anak yang dengan entengnya tidak mengerjakan sama sekali. Yaa Allah..
.
Namun tiap kali di saat ananda merasa sedih karena memikirkan mereka, ananda selalu teringat pesan Bapak ketika itu. "Nak, murid iku ono sing iso ono sing gak iso iku wis lumrahe. Wong pancene gusti Allah nggawe kemampuane bedo-bedo. Gak iso sampean mekso kudu pinter kabeh. Kudu iso kabeh. Sing penting sampean niate ikhlas nyampekno ilmu.  Wes ojo terlalu dipikir. Perkoro iso gak iso.e iku serahno nang sing gawe urip. Sing penting tugase sampean iku mulang. Nyontohi sing apik. Kirimono fatihah saben mari sembahyang. Diewangi karo Bapak, Nak. Bapak gak putus-putus ndungakno mugo-mugo muride anakku, dadi bocah sing ngerti kabeh. Terbuka ati fikirane". Begitulah ananda masih ingat dengan sangat jelas Bapak menyampaikan hal itu.
.
Allah Yaa robb...
Airmata ini menjadi saksi bagaimana hamba bersyukur sekali karena Engkau menjadikanku putri dari orangtua hebat seperti Bapak dan Ibu. Hamba merasa menjadi anak paling beruntung di dunia ini. Terimakasih Yaa Allah, Engkau memberikan hamba orangtua yang selalu mendukung apapun yang hamba lakukan, mendukung pendidikan hamba, memotivasi hamba agar selalu senang mencari ilmu, senang berbagi ilmu. Merekalah yang pertama kali menanamkan dalam diri hamba tentang "Seorang hamba harus selalu takut pada yang menciptakannya". Bapak dan Ibu selalu mendidik hamba dengan didikan super ketat sejak kecil, dan sekarang, hamba benar-benar merasakan bagaimana pentingnya didikan Bapak dan Ibu. Terimakasih, Yaa Robb...
.
Allah Yaa Robb...
Bagaimanapun yang hamba alami disini, bagaimanapun yang hamba hadapi disini, hamba sangat bersyukur Engkau menaruh hamba di tempat yang MasyaAllah, penuh barokah ini. Hamba ingin selalu mengabdi disini, Yaa Allah... Hamba telah jatuh cinta pada tempat ini.
.
Allah Yaa Robb...
Tak hentinya hamba memohon padaMu agar Engkau selalu meridhoi di setiap aktifitas hamba, di setiap berkedipnya mata hamba, di setiap kaki hamba memijakkan kaki, di setiap hembus nafas hamba, di setiap degup jantung hamba, di setiap aliran nadi hamba, karena ridhoMu lah yang hamba tuju...
.
Kuatkan hamba, iringi hamba selalu, sayangi hamba selalu Yaa Allah ...
Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar