BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan jelmaan dari kehidupan nyata manusia. Memahami sastra hampir sama nilainya dengan memahami hidup orang yang melahirkan sastra.
Dilihat dari segi jenisnya, karya sastra terbagi menjadi tiga yaitu puisi, prosa dan drama. Ketiga jenis karya sastra ini memiliki ciri dan kekhasan masing-masing. Sastra juga dianggap sebagai hal yang istimewa karena perpaduan imajinasi, kreativitas, kecakapan, pengetahuan, serta wawasan yang luas.
Dari ketiga jenis karya sastra ini, drama merupakan karya sastra yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Drama terlahir dari penulis yang terinspirasi oleh realita dari kehidupan masyarakat sekitar penulis, baik dari pengalaman penulis sendiri maupun pengalaman orang lain.
Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu seperti dekor, kostum, rias, lampu, musik, serta disaksikan oleh penonoton. Drama yang termasuk sastra modern terbentuk dari beberapa unsur yang saling berkaitan dan saling mendukung. Unsur-unsur pembentuk drama ada dua, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Adapun kajian yang menjadi fokus pada makalah ini adalah tentang unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik drama. Hal penting dilakukannya kajian terhadap unsur-unsur pembentuk drama yaitu untuk mengetahui pesan yang hendak disampaikan pengarang dalam naskah drama, dan akan terwujud setelah nantinya menelaah satu persatu unsur drama serta ditariknya kesimpulan dari kajian ini.
1.2. Rumusan Masalah
Ø Bagaimana analisis unsur
intrinsik dalam naskah drama?
Ø Bagaimana analisis unsur
ekstrinsik dalam naskah drama?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari analisis ini adalah untuk
mengetahui unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang ada dalam drama.
1.4. Manfaat
1.
Sebagai bahan bacaan bagi peminat sastra pada
dewasa ini.
2.
Sebagai apresiasi sastra.
3.
Sebagai bahan yang memudahkan penikmat sastra
untuk memahami unsur pembentuk karya sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Dalam bahasa
Yunani kuno, drama adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk
diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “aksi”, “perbuatan”. Secara umum pengertian drama adalah teks yang
bersifat dialog dan isinya membentangkan sebuah alur (Luxemburg, 1984: 158).
Drama merupakan
karya sastra yang terdiri atas aspek sastra dan aspek pementasan. Aspek sastra
drama berupa naskah atau teks drama. Yang dimaksud teks drama adalah semua teks
yang bersifat dialog-dialog dan memiliki alur cerita. Drama berbeda dengan
puisimaupun prosa (cerpen dan novel). Yang membedakan adalah keunggulan drama,
disamping menjadi karya teks, drama dapat menjadi karya yang dipentaskan.
Pementasan itu memberikan peluang bagi drama untuk lahirnya penafsiran kedua,
sutradara dan para pemain menafsirkan teks, sedangkan para penonton dapat
memberikan penafsiran yang berbeda. Adapun para pembaca teks drama yang tidak
melihat pementasan drama dapat menafsirkan teks tersebut.
Pementasan
sendiri merupakan sebuah sintesis dan menggerakkan beberapa indera sekaligus.
Pementasan didukung oleh berbagai orang dengan karakter yang berbeda-beda,
sesuai dengan peran tokoh dalam teks. Pementasan bersifat multidimensional.
Tata panggung harus ditata sedemikian rupa yang mencerminkan isi dari teks
drama. Begitu halnya dengan unsure-unsur pendukung lainnya, misalnya tata
lampu, busana, dan music. Di sinilah letak perbedaan drama dengan karya
lainnya. Tidak hanya melibatkan pengaran, tetapi juga pemain bahkan penonton
sebagai penikmat dan apresiator.
2.2 Macam-Macam Istilah
Drama
Di Indonesia,
pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-maca, antara lain :
·
Wayang orang, merupakan jenis pertunjukan yang
dipentaskan dengan mengimplementasi cerita-cerita wayang purwa. Pakaian yang
dikenakan oleh para pemain sudah pakem sesuai dengan karakter tokoh yang
diperankannya.
·
Ketoprak, adalah sejenis seni pentas
yang berasal dari Jawa. Ketoprak merupakan bentuk pementasan sandiwara
yang diselingi dengan lagu-lagu jawa yang diiringi dengan gamelan. Tema
cerita dalam sebuah pertunjukkan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari
cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil
cerita dari luar negeri, misalnya: Romeo dan Juliet.
·
Ludruk, adalah kesenian drama tradisional dari Jawa
Timur. Ludruk merupakan drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup
kesenian yang dipentaskan dipanggung
dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari. Di samping itu,
juga mengangkat cerita perjuangan, nasionalisme dan sindiran-sindiran yang
biasanya disampaikan melalui lawakan.
·
Lenong, adalah
teater tradisional Betawi. Dalam pementasan, kesenian tradisional ini
diiringi musik gambang kromong. Lakon atau skenario Lenong umunya mengandung
pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan
tercela.
·
Randai, adalah salah satu permainan tradisional
di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran,
kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam
bentuk nyanyian secara bergantian. Randai menggabungkan unsure musik, lagu,
tari, drama dan silat menjadi satu.
2.3 Penggolongan Drama
·
Drama baru (modern), adalah drama yang memiliki
tujuan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertemakan
kehidupan manusia sehari-hari.
·
Drama lama (klasik), adalah drama khayalan yang
umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan,
kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa,dsb.
2.4 Drama Berdasarkan Isi
·
Drama Komedi,
Adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh
keceriaan. Drama ini sangat bagus untuk menyampaikan pesan secara tidak
langsung dan biasanya mengandung syarat dengan nillai-nilai dan kritik social.
·
Drama Tragedi,
Drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
·
Drama Tragedi komedi,
Drama yang ada sedih dan lucunya.
2.5 Jenis Drama yang mengutamakan Gerak dan Musik.
·
Opera,
Yaitu drama yang mengandung musik dan nyanyian.
·
Lelucon,
Yaitu drama yang lakonnya selalu bertingkah pola
jenaka dan merangsang gerak tawa penonton.
·
Operet,
Yaitu opera yang ceritanya lebih pendek.
·
Pantomim,
Yaitu drama yang ditampilkan dalam bentuk gerak
tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
·
Tablau,
Yaitu drama yang mirip pantomim yang diiringi
oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
2.6 Jenis Drama ditinjau dari aspek-aspeknya
1. Jumlah pelaku, ditinjau
dari aspek jumlah pelaku terdiri dari drama dialog dan drama monolog.
2. Kuantitas waktu
pementasan, ditinjau dari aspek kuantitas waktu pementasan terdiri dari jenis
drama pendek (drama sebabak) dan jenis drama panjang.
3. Alur peristiwa, ditinjau
dari alur peristiwa terdiri dari drama komedi, drama tragedi dan drama tragedi
komedi.
4. Aspek kehidupan,
ditinjau dari aspek kehidupan terdapat jenis drama domestik (borjuis), yaitu
drama yang bertema tentang kaum bangsawan.
5. Media pementasan,
ditiunjau dari media pementasan terdiri dari jenis drama radio, TV dan drama
pentas atau drama panggung.
6. Aspek keaslian
penciptaan teks drama, ditinjau dari aspek keaslian penciptaan teks drama
terdiri dari jenis drama asli dan drama terjemahan (salinan dari bahasa lain
dan dari pengarang lain).
7. Sikap terhadap naskah,
ditinjau dari sikap terhadap naskah terdiri dari jenis drama modern dan drama
tradisional.
2.7 Penyajian Drama
Dalam pementasan drama terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Peristiwa-peristiwa
Adalah beberapa segi drama yang terikat oleh
konvensi, yaitu kata sepakat inplisit antara pengarang serta penonton sehingga
apa yang dipentaskan terjadi sekarang dan di tempat yang ditentukan sebelumnya.
2. Penggarapan waktu
Penggarapan waktu bersifat kronologik, urutan
pementasan sangat dikaitkan dengan urutan peristiwa yang terjadi sesuai dengan
teks.
3. Tokoh-tokoh
Adalah pelaku drama dan karakter yang dibawakan.
Karakter ini sangat berkaitan dengan penokohan dalam pementasan drama.
4. Ruang
Adalah tempat atau panggung untuk mementaskan
pertunjukan drama yang dibuat sebagai latar yang secara tidak langsung dapat
menceritakan tentang isi teks drama.
2.8 Unsur Pembangun dan Struktur Drama
Unsur
pembangun karya sastra drama tidak jauh berbeda dengan unsur pembangun karya
sastra yang lain (prosa, puisi) yang meliputi unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.
Unsur
intrinsik adalah unsur yang membangun dan secara langsung berada dalam karya
sastra ynang merupakan kesatuan struktur intern. Sedangkan unsur ekstrinsik
adalah unsur yang berada di luar karya sastra yang dianggap sebagai bagian dari
keseluruhan struktur yang membangun karya sastra.
·
Unsur
intrinsik dalam drama, meliputi :
1. Tema merupakan gagasan
pokok yang hendak disampaikan pengarang dari cerita tersebut.
2. Tokoh dan penokohan,
tokoh merujuk pada orangnya, pelaku cerita sedangkan penokohan merujuk pada
penempatan tokoh-tokoh dengan watak tertentu dalam sebuah drama.
3. Alur merupakan urutan
atau rangkaian peristiwa dalam sebuah drama. Alur terdiri dari alur maju, alur
mundur, alur maju-mundur.
4. Latar atau setting adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana yang terjadi dalam suatu cerita.
5. Amanat merupakan pesan
yang disampaikan pengarang dalam cerita tersebut.
·
Unsur ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara
lebih spesifik dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur
yang mempengaruhi bagun sebuah cerita. Oleh karena itu, unsur esktrinsik karya
sastra harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Sebagaimana
halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur.
Menurut Wellek & Warren (1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Keadaan
subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan
hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
b. Keadaan psikologis, baik psikologis
pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya.
c.
Keadaan
lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
d. Pandangan hidup suatu bangsa,
berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
e.
Latar
belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat
mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya
daerah tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya
tersebut ke dalam karya sastra.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Drama adalah suatu bentuk karya sastra yang
memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”. Secara umum pengertian drama
adalah teks yang bersifat dialog dan isinya membentangkan sebuah alur
(Luxemburg, 1984: 158).
·
Drama berdasarkan isi diantaranya yaitu drama
komedi, drama tragedi, drama tragedi komedi.
·
Drama berdasarkan gerak dan music diantaranya
yaitu opera, operet, lelucon, pantomim dan tablau.
·
Drama memiliki unsure intrinsik dan ekstrinsik,
unsure intrinsik drama diantaranya yaitu tema, alur atau plot, setting,
penokohan dan amanat. Sedangkan unsure ekstrinsik meliputi keadaan
subjektivitas, keadaan psikologis, keadaan lingkungan pengarang, pandangan
hidup suatu bangsa dan latar belakang pengarang.
3.2 Saran
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kajian sastra,
apabila terjadi kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, kami menerima
kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Daftar Pustaka
Sulaiman.2012.kajian kesastraan.Bangkalan:Buku Pustaka
Radja.
izin copy
BalasHapus