Aku bikin cerpen ini, buat iseng iseng aja ngikutin lomba bikin cerpen se Universitas beberapa hari yang lalu, yaaah,,,, sekadar nyalurin hobby... hehe
Dadakan banget ini bikinnya, kalau nggak salah bikin dari jam 2 siang sampai jam delapan malam. Itu aja udah hari terakhir buat dikirim ke panitia lomba. Saat bikin cerpen ini, perutku lagi sakit banget , gejala typus ku kambuh,,, yaaa... aku tahan aja, aku pengen menghasilkan sebuah cerpen hari itu juga,, dan akhirnya,, selesai juga,, hehe
ini cerita fiktif belaka lhoooo,,, bukan kisah ku beneran,,,,
penasaran ?
silahkan baca :)
Cinta
yang tak terungkap
Senin, Dua Maret Pukul lima pagi.
Seperti pagi sebelumnya, Aku keluar dari kost, sekedar untuk menghirup udara
segar dan menikmati suasana pagi yang begitu mempesona. Mentari yang masih
mengintip di ufuk timur ditemani warna jingga yang nampak menandakan sang surya
akan segera muncul, menerangi bumi dan
segala isinya. Semilir angin yang lembut menyentuh kulit, dan ku lihat juga beberapa
orang sedang berlari-lari kecil sambil bercanda ria. Sayangnya dari semua orang
yang lewat di depanku, tak satupun yang ku kenal. Wajar saja, aku adalah tipe
orang yang pendiam, yang tak banyak dikenal dan mengenal orang. Setelah aku
telah puas menikmati udara pagi, aku bergegas berjalan ke kost. Namun tiba-tiba
terdengar suara memanggil dari arah belakang.
“Nisa
...!!”. Aku pun menoleh. Dan ternyata...
“Lho,
kamu Ris, ngapain disini ?” Tanyaku heran.
“
Ehm, lagi pengen jalan-jalan pagi Nis, terus, kebetulan aku ngeliat kamu, “ Terangnya
sambil garuk-garuk kepala.
“
oooh,, “ balasku pendek.
“
Kamu suka jalan-jalan pagi juga ? “ tanyanya balik.
“
iya, tiap pagi aku kesini, sekedar menikmati susana pagi. Mumpung masih diberi
kesempatan. “ Jawabku kalem.
“
Maksud kamu ?”
“
Em,,, nggak, nggak pa pa, aku masuk dulu ya, Ris. Aku ada kuliah jam 7
soalnya.”
“
Oh, iya, Nis,”
Aku
masuk ke kost meninggalkan Aris yang masih terlihat bingung dengan sikap dan kata-kata
ku tadi. Aku masuk ke kamar dengan perasaan yang tidak karuan. Aku masih tidak
percaya, seorang Aris yang terkenal cuek banget ternyata bisa menyapaku. Bahkan
kami berbincang-bincang. Ini adalah moment yang benar-benar tak pernah ku
bayangkan sebelumnya. Dan, aku menyesal,
kalimat yang kuucapkan tadi ? Ah, mengapa aku bisa berkata seperti itu? Aku
harap dia tidak berpikir yang aneh-aneh. Semoga kata-kata ku tadi hanya sebagai
angin lalu buatnya. Setelah aku selesai mandi dan sarapan, aku bersiap pergi ke
kampus. Namun sebelum berangkat, aku sempatkan untuk menulis sebuah coretan hatiku
di buku mungil kesayanganku ini. Saat aku sedang asik-asiknya menulis,
tiba-tiba...
“tiiiiit,,
tiiiiit,,, Nisa sayaaangg, Nisa,, berangkat yuukkk... tiiiit,, tiiiiit “ Suara klakson sepeda motor dan teriakan
dari seorang gadis imut beradu menggemparkan seluruh penghuni kost.
“Iya,
Al, sebentar...” jawabku dari kamar. Setelah aku keluar, gadis imut tadi yang
bernama Alya segera menggodaku dengan kata-kata manisnya.
“
Ciyeeee,,, si eneng, cantik banget hari ini,,, hehehe” katanya sambil nyengir.
“
hmm,, yuk, berangkat!” kataku tak menjawab segala celotehnya. Sesampai di
kampus, aku merasakan kepalaku pusing dan mataku berkunang-kunang. Tuhan, jangan
sekarang, aku masih ingin melihat dunia-Mu yang indah ini, aku masih ingin
menjadi orang yang berarti untuk orang-orang yang aku sayangi.
Sorenya setelah kuliah selesai,
seperti biasa, aku selalu pulang bareng Alya, sahabatku yang super duper
cerewet tapi hatinya bagaikan malaikat. Gadis yang ku stempel jadi sahabat
sejak kami sama-sama menjadi maba dua tahun lalu ini sudah aku anggap sebagai
saudaraku sendiri. Meskipun kami berbeda kost, tapi kami sangat dekat. Alya
selalu main ke kost ku tiap hari. Ia selalu ada saat aku tertawa dan saat aku menangis.
Sifat kami berbeda, namun itulah yang menjadikan kami bisa saling melengkapi.
Aku gadis yang pendiam, pemalu, kalem, cuek, dan aku suka dengan
kegiatan-kegiatan ilmiah. Di kampus, aku mengikuti organisasi yang berbau penelitian.
Dan, sifatku itu berbeda banget dengan Alya. Ia adalah gadis yang tomboy,
periang, heboh, cerewet, tapi ia baik. Gadis yang doyan sama permen karet itu
suka dengan musik sehingga ia bergabung dengan grup band di kampus. Penampilan
dan suaranya sangat mendukungnya untuk membuatnya bisa menjadi icon di kampus.
Sedangkan aku ? Ah, biarlah, Menjadi yang terkenal bukan merupakan cita-citaku.
Aku hanya ingin menjadi seorang peneliti muda yang hebat.
Sang mentari kini telah menghilang
di ufuk barat dan mempersilahkan bintang menggantikannya. Malam ini, entah
mengapa aku merasakan sesuatu yang mengganjal. Perasaan ku tidak enak. Sesaat
kemudian, aku merasakan kepalaku kembali sakit. Sakit sekali. Segera ku minum
obat yang diberikan dokter. Setelah itu, aku mengambil buku bersampul biru dan
mulai ku tulis semua kisahku hari ini. Di tengah-tengah menulis, tiba-tiba HP
ku berbunyi. Ternyata ada pesan masuk.
“Teruntuk : Anisa
Firdausiyah,
saat kau baca pesanku ini, mungkin kau tidak
menyangka, bahwa ada seseorang disini yang telah lama mengagumimu. Sejak
mengenalmu, hati dan pikiranku terpaut padamu, Aku melihatmu sebagai
seorang gadis anggun nan lembut. Halus
pekertimu membuatku tak bisa menghilangkan perasaan ini. Entah apa yang terjadi
padaku ? Jika engkau mempunyai perasaan yang sama, sungguh bahagianya diriku,
namun jika tidak, aku akan berdoa agar Tuhan mendamaikan hatiku.
Dari : seseorang yang
kau lihat dengan matamu, namun tak kau lihat dengan hatimu”
Aku
terbelalak membaca rentetan kata-kata panjang itu. Siapa orang ini ? nomor
teleponnya baru, tidak ada di kontak HP ku. Aku baca ulang pesan tersebut, lalu
segera aku membalas nya.
“ Maaf, ini siapa ?”.
Namun sayang, pesanku tidak dapat terkirim. Masih tertunda. Aku mencoba
misscall, tapi ternyata nomornya tidak aktif. Siapa gerangan yang membuatku
gelisah seperti ini ? Mengapa ia tak menyebutkan namanya ? Aku memutar otak ku,
siapa orang yang bisa ku lihat dengan mata tapi tak kulihat dengan hati ?? Berarti
dia adalah orang yang sudah pernah kulihat. Berarti kami sudah saling
berinteraksi. Ya. Hanya itu yang bisa aku simpulkan saat ini. Aku tidak mau hal
ini mengganggu konsentrasi belajarku. Aku lanjutkan tulisan di buku biru ku.
Setelah itu aku mengerjakan tugas kuliah dan segera istirahat. Namun baru saja
aku ingin memejamkan mata, HP ku kembali berbunyi. Ada pesan masuk. Kali ini
dari Alya.
“ Nisa sayang, maaf
besok kita nggak bisa bareng ke kampus, aku ada undangan biat ngisi acara dies
natalis ke kampus lan. Maaf ya sayang,,, baik-baik ya kamu disana...”
“ Iya, Alya jelek ... “
Balas ku singkat. Dan aku pun tertidur.
Keesokan
harinya, Aku berjalan dari kost sendiri. Karena memang hari ini teman-teman
kost ku tidak ada satupun yang masuk jam 7. Dan setelah beberapa langkah dari
depan kost, sepeda motor dari arah belakang pelan mendekatiku.
“
Hai Nis, mau bareng ?” Sapanya.
“Oh,
kamu, Ris?? Emm,, gimana ya ?” Aku bingung sampai-sampai tanpa kusadari aku
salah tingkah.
“
Sudah, kita kan sama-sama mau ke kampus. Ayo, naik. Tenang Nis, aku bukan
penjahat kali” Ia terus memaksaku hingga akhirnya aku tidak enak hati menolak
tawarannya. Di perjalanan, kami berdua canggung . Kami hanya diam membisu dan
tidak berkata sepatah kata pun. “ Dingin banget nih cowok” pikirku. Setelah
tiba di kampus, kami harus berpisah arah karena memang kami berbeda jurusan.
“
Makasih ya, Ris,” kataku.
“
Iya, sama-sama Nis, nyantai aja” jawabnya.
“
Ya udah Nis, aku ke kelas dulu ya”
“
Iya, silahkan” balasku singkat.
Saat
ini, aku benar-benar merasa hidupku tidak lama lagi. Kepalaku sungguh sakit.
Aku mencoba bertahan. Tapi rasanya sudah tidak sanggup lagi. Hp ku berdering.
Ada pesan masuk. Aku baca pesan itu. Ternyata, nomor yang sama dengan orang yang
mengirim pesan tadi malam.
“ Jika ingin tahu siapa
aku, datang di taman bunga jam sepuluh dibelakang aula. Kau akan tahu siapa aku”
Aku tidak membalas pesan tersebut.
Kepalaku sangat pusing. Tepat jam sepuluh, aku pergi ke tempat yang dimaksud.
Sambil menahan sakit, aku berjalan gontai dari kelas menuju taman. Dari
kejauhan samar-samar aku melihat hanya ada Aris yang sedang duduk di bangku
taman. Aku memanggilnya “ Aris!”. Ia pun menoleh. Dan akhirnya, Bruk!!!. Aku jatuh dan tak sadarkan
diri.
***
“Ris,
kau harus membaca ini” kata Alya sembari menyerahkan buku bersampul biru pada
Aris.
”Ini
adalah buku harian Alya. Aku rasa, kau perlu membacanya.” Lanjut Alya.
Aris
pun pulang dan segera membaca buku yang diberi Alya.
Senin, 02 Maret 2014-
06:15 Dear, my sweet
diary, hari ini aku sungguh bahagia. Tadi pagi orang yang sejak lama aku kagumi
menyapa dan mengajakku ngobrol. Gak nyangka banget.. Ternyata, pandanganku
salah. Sebenarnya dia orang yang baik. Aku pikir, dia manusia robot yang nggak
bisa ngomong. Hehe..Tapi, mengapa aku tak bisa bersikap biasa padanya ? mengapa
aku selalu salah tingkah didepannya? aku takut dia akan curiga. Semoga saja
tidak.
20:05- Diary, barusan
aku dapat sms dari seseorang. Intinya dia suka sama aku. Tapi yang aku heran,
dia nggak nyebutin namanya. Katanya, dia adalah orang yang aku lihat dengan
mata, tapi tak ku lihat dengan hati. Siapa ya ? Apakah dia Aris ?? Aku harap
iya. Tapi itu nggak mungkin., Aku harus berusaha menghapus perasaan ini ke dia.
Aku sadar hidupku nggak lama lagi. Dokter udah memvonisku kalau kanker ini
bakal terus menjalar. Tuhan, mengapa engkau hadirkan cinta di hati manusia ?
Mengapa engkau mempertemukan ku dengan Aris dan menghadirkan perasaan ini ?
Padahal engkau akan memisahkan kami, dan
untuk siapapun yang mengirim pesan itu, maafkan aku,,,, Siapapun kamu,
aku hanya mencintai Aris, sampai Tuhan mempertemukan kami kembali dikehidupan
abadi...
Untuk Aris, semoga
engkau mendapatkan kebahagiaanmu, meskipun mungkin esok aku sudah tidak ada
lagi di dunia ini, kenanglah aku, Ris, sebagai orang yang berarti di hatimu....
---TAMAT---
karya : Isnani El Asyfi
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus