PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
WACANA
Istilah
wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Menurut
Douglas dalam Mulyana (2005: 3), istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu wac/wak/vak, yang artinya berkata, berucap. Kata tersebut kemudian
mengalami perubahan bentuk menjadi wacana. Menurut Alwi dkk (2003:42). Wacana adalah
rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana
adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat
atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan,
yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.
Brown dan Yule (1996:1) menyebutkan bahwa wacana adalah
bahasa yang digunakan. Menurut Kinneavy (dalam Supardo 1988:54) wacana pada
umumnya adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik secara lisan maupun
tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan, tidak harus selalu
menampilkan isi yang koheren secara rasional. Wacana dapat diarahkan ke satu
tujuan bahasa atau mengacu sejenis kenyataan.
Pendapat lain dari Chaer (2003:267) mengatakan bahwa wacana
adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Menurut Edmonson (dalam Juita
1999:3) wacana adalah satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku
linguistic yang lainnya.
Dari
beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan
bahasa yang terstruktur secara lengkap yang disajikan secara teratur dan
membentuk suatu makna yang disampaikan secara tertulis maupun lisan. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat
bahwa wacana sebagai proses komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan
dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan
ide/gagasan penyapa.
B. CIRI-CIRI
WACANA
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri
atau karakterisitik sebuah wacana. Ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut :
v
Terdapat tema
v
Satuan terbesar, tertinggi, atau
terlengkap
v
Memiliki hubungan kontinuitas,
berkesinambungan
v
Memiliki hubungan koherensi
Koheren artinya wacana tersebut
terpadu sehingga mengandung pengertian yang apik dan benar.
v
Memiliki hubungan kohesi
Kohesif artinya terdapat keserasian
hubungan unsur-unsur dalam wacana.
v
Medium bisa lisan maupun tulis
v
Sesuai dengan konteks
C.
JENIS-JENIS WACANA
v Wacana Berdasarkan Media Komunikasi
1. Wacana Lisan
Menurut
Henry Guntur Tarigan wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang
disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Sedangkan, Menurut Mulyana
wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung
dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech)
atau ujaran (utterance). Pada dasarnya bahasa lahir melalui mulut atau lisan.
Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana
lisan. Jauh sebelum manusia mengenal huruf, bahasa telah digunakan oleh
manusia. Bahasa lisan menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena
lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada bahasa tulis.
Wacana
lisan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Wacana lisan memerlukan daya simak
yang tinggi agar interaksi tidak terputus.
b. Wacana lisan sulit diulang, dalam
arti mengulang hal yang sama dengan ujaran pertama.
c. Wacana lisan dapat dilengkapi dengan
gerakan anggota tubuh untuk memperjelas makna yang dimaksud.
d. Wacana lisan biasanya lebih pendek
daripada wacana tulis.
e. Wacana lisan juga melibatkan unsur
kebiasaan atau pengetahuan yang telah diketahui bersama (common ground),
2. Wacana Tulis
Menurut
Henry Guntur Tarigan wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang
disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Sedangkan menurut Mulyana,
wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui
tulisan.
Berbagai
bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui
tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan
efisian untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau
apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia. Wacana dapat direalisasikan
dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan yang utuh (buku, novel,
ensiklopedia, dan lain-lain) yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas
berorientasi pada jenis wacana tulis.
Wacana
tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk mengganti peran
bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang
bunyi. Huruf – huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan. Meskipun
banyak wacana tulis yang panjang, ada juga wacana tulis yang pendek, wacana
seperti ini banyak dijumpai di iklan, di stasiun kereta api, di swalayan, dan
dijalan. Contoh:
a. Pintu keluar
b. Awas! tegangan tinggi !
c. Kocok dulu sebelum diminum.
Wacana
tulis yang pendek seperti diatas sangat mirip dengan wacana lisan, seperti
penghilangan bagian tertentu, penyatuan saat dan tempat yang sama bagi penulis
dan pembaca, dan penggunaan bentuk – bentuk informal.
Dari
uraian diatas dapat dibuat ciri –ciri sebagai berikut :
a. Wacana tulis biasanya panjang dan
menggunakan bentuk bahasa yang baku
b. Wacana tulis dapat dilihat kembali
tanpa ada perbedaan unit–unit kebahasaannya.
c. Wacana tulis biasanya mempunyai
unsur kebahasan yang lengkap
( Tidak ada
penghilangan bagian – bagianya).
v Wacana
Berdasarkan Cara Pemaparan
Berdasarkan
pemaparannya, wacana dibedakan menjadi :
1. Wacana
naratif (narasi)
Wacana
naratif adalah karangan yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau
peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik,
alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Wacana
narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Dalam narasi terdapat
unsu-unsur cerita yang penting misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa.
Dalam wacana narasi harus ada unsur waktu, bahkan unsur pergeseran waktu itu
sangat pentng. Unsur pelaku atau tokoh merupakan pokok yang dibicarakan,
sedangkan unsur peristiwa adalah hal-hal yang dialami oleh sang pelaku.
Wacana
narasi pada umumnya ditujukan untuk menggerakan aspek emosi. Dengan narasi,
penerima dapat membentuk citra atau imajinasi. Aspek intelektual tidak banyak
digunakan dalam memahami wacana narasi.
Contoh:
Pagi
itu ku tapaki jalan sepanjang sawah yang luas itu. Ku pandangi pemandangan pagi
yang sungguh menakjubkan. Sesekali petani hilir mudik menuju sawah mereka. Aku
terus berjalan, tak terasa aku sampai pada ujung sungai Simpal. Sungai ini
adalah pembatas antara desa pamanku dengan desa Sumberwulu. Rupanya aku terlalu menikmati
pemandangan sehingga tak terasa aku sudah terlalu jauh berjalan. Kemudian aku
berjalan pulang untuk segera membantu paman mengantar pesanan ikan para
pelanggan.
2. Wacana deskriptif (deskripsi)
Deskripsi
adalah karangan yang menggambarkan / melukiskan suatu objek berdasarkan hasil
pengamatan, perasaan, dan pengalaman penuturnya. Wacana itu biasanya bertujuan
mencapai penghayatan dan imjinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau
pembaca seolah-olah merasakan atau mengalami sendiri secara langsung.
Wacana
deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu
hal sedemikian rupa sehingga objek itu sepertinya dapat dilihat dan dibayangkan
oleh pembaca, seakan–akan pembaca dapat melihat sendiri. Deskripsi memiliki
fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang – barang atau objeknya. Objek
yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca indera
kita.
Contohnya :
Siang itu aku sedang duduk santai
pada bangku kayu di dalam kamar kosku yang baru saja direhabilitasi sambil menyeduh
the manis yang ku buat tadi. Kamar kos yang seperti ini merupakan impianku
sejak baru pertama kali aku menjadi mahasiswa pada Universitas Trunojoyo.
Sekarang aku memandang puas pada hasil kerjaku. Aku bisa lebih betah sekarang berada
di dalam kamar sambil belajar dan melahap buku-buku bacaan. Kos yang kelihatan
lebih luas. Pada dinding kamar aku gantungkan foto-fotoku semasa SMA dulu.
Kelihatan makin menarik apalagi setelah foto-foto itu aku tempatkan sesuai
dengan ukurannya masing-masing, dari atas ke bawah mulai dari yang paling
besar.
3. Wacana eksposisi
Eksposisi
adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan)
sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada
pembacanya. wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada
penerima (Pembaca ) agar yang bersangkutan memahaminya. Eksposisi adalah suatu
bentuk wacana yang berusaha memberi informasi mengenai suatu objek sehingga
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk
menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek. Misalnya menjelaskan pengertian
kebudayaan, komunikasi, perkembangan tekhnologi dll.
Wacana
eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kata Tanya bagaimana. Oleh
karena itu, wacana tersebut dapat digunakan untuk menerangkan proses atau
prosedur suatu aktivitas. Khusus untuk menerangkan proses dan prosedur,
kalimat-kalimat yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan
kalimat deklaratif.
Contohnya
:
Jika kamu benar-benar membutuhkan
sesuatu yang harganya tidak terjangkau oleh orang tuamu, kamu bisa mencari
pekerjaan guna memperoleh cukup uang untuk membelinya sendiri. Berikut ini
terdapat empat saran yang membantumu memperoleh pekerjaan. Pertama, sebarkan
berita. Kedua, tidak lanjuti setiap peluang. Ketiga, tuliskan dan sebarkan
lamaran serta daftar riwayat hidup. Keempat, ciptakan pekerjaan sendiri.
Pertama-tama yang harus dipikirkan adalah lingkungan tempat tinggalmu. Adakah
barang atau jasa yang belum ada penyediaannya? Tentu saja yang paling penting
dari semuanya itu adalah bahwa kamu
harus mempunyai motivasi diri, disiplin dan mau berinisiatif.
3. Wacana Argumentasi
Argumentasi
adalah karangan yang berisi pendapat,
sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan,
bukti-bukti, dan pernyataan pernyataan yang logis. Wacana argumentasi merupakan
salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar
menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis
maupun emosional (Rottenberg, 1988:9). Senada dengan itu, Salmon (1984:8)
memberikan definisi argumentasi sebagai seperangkat kalimat yang disusun
sedemikian rupa sehingga beberapa kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang
mendukung kalimat lain yang terdapat dalam perangkat itu.
Sebuah
wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya
kontroversi antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu
tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk
meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar). Biasanya, suatu topik
diangkat karena mempunyai nilai, seperti indah, benar, baik, berguna, efektif
atau sebaliknya.
Pada
dasarnya, kekuatan argumen terletak pada kemampuan penutur dalam mengemukakan
tiga prinsip pokok, yaitu apa yang disebut pernyataan, alasan, dan pembenaran.
Pernyataan mengacu pada kemampuan penutur dalam menentukan posisi. Alasan
mengacu pada kemampuan penutur untuk mempertahankan pernyataannya dengan
memberikan alasan-alasan yang relevan. Pembenaran mengacu pada kemampuan
penutur dalam menunjukkan hubungan antara pernyataan dan alasan. Yang termasuk
wacana hortatori antara lain khotbah, pidato tentang politik.
4. Wacana Dramatik
Wacana
dramatik menyangkut beberapa orang penutur (persona) dan sedikit bagian
naratif. Pentas drama merupakan wacana dramatik. Drama dahulu dikenal dengan
sebutan ‘sandiwara’, tetapi sekarang lebih dikenal dengan nama drama.
5. Wacana Epistolari
Wacana
epistolari digunakan di dalam hal surat-surat, dengan sistem dan bentuk
tertentu. Wacana ini dimulai dengan alinea pembuka, isi, dan alinea penutup.
6. Wacana Seremonial
Wacana
seremonial berhubungan dengan upacara adat yang berlaku di masyarakat bahasa.
Wacana seremonial dapat berupa nasihat (pidato) pada upacara perkawinan,
upacara kematian, upacara syukuran, dsb.
v Wacana Berdasarkan Pelibatnya
1. Wacana Monolog
Pada
wacana monolog pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan
pembicara .Contohnya pidato,ceramah.
2. Wacana Dialog
Apabila
peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian peran (feed
back) Contohnya antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan
disekolah,(bisa resmi atau tidak resmi ).
3. Wacana Polilog
Apabila
peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran.
Contohnya perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran
pembicara dan pendengar ( bisa resmi atau tidak resmi ).
v Wacana
Berdasarkan tujuan
1.
Wacana Ekspresif
Wacana
ekspresif adalah wacana yang lebih ditujukan kepada pembuat (penulis atau
pembicara) itu sendiri. Wacana ini diciptakan oleh si pembuat untuk kepentingan
dirinya sendiri. Tidak terlalu menghiraukan audiens. Wacana ini bersifat
individual dan sosial. Misalnya, catatan harian, dan lain-lain.
2.
Wacana Referensial
Wacana
referensial adalah wacana yang lebih tertuju kepada penggambaran fakta atau
realita dan data. Wacana ini tidak semata-mata ditujukan kepada decoder ataupun
encoder, tetapi lebih mengutamakan kepada penyampaian fakta dan data secara
akurat. Wacana ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu wacana referensial
ekspositoris dan wacana referensial ilmiah.
3.
Wacana Susastra
Wacana
susastra berbicara sesuai dengan realitas . Namun dalam wacana ini yang dominan
bukanlah realitas itu sendiri, akan tetapi paduan imajinasi pengarang hingga
membentuk suatu rangkaian yang kompak . jadi, realitas objektif sudah diolah
menjadi realitas imajinatif. Misalnya, novel, cerpen, dan lain-lain.
4.
Wacana persuasif
Wacana
persuasive adalah wacana yang memang diciptakan untuk decoder (pembaca atau
pendengar). Tujuannya adalah untuk mempengaruhi. Misalnya iklan, pidato
politik, khotbah, dan lain-lain.
v Wacana Berdasarkan Isinya
1. Wacana Politik
Wacana
politik berkaitan dengan masalah politik.
2. Wacana Sosial
Wacana
sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
3. Wacana Ekonomi
Wacana
ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi, ada beberapa
register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Contoh
ungkapan-ungkapan register ekonomi seperti, persaingan pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, konsumen
dirugikan, inflasi, evaluasi, harga saham gabungan, mata uang, dan
sebagainya.
4. Wacana Budaya
Wacana
budaya berkaitan dengan aktivitas kebudayaan. Meskipun sampai saat ini makna
‘kebudayaan’ masih terus diperdebatkan, namun pada wilayah kewacanaan ini,
kebudayaan lebih dimaknai sebagai wilayah ‘kebiasaan atau tradisi, adat, sikap
hidup, dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari’.
Wilayah tersebut kemudian menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan sabagai
representasi aktivitasnya yang kemudian disebut wacana budaya.
5. Wacana Hukum Dan Kriminalitas
Persoalan
hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua
sisi dari mata uang: berbeda tetapi menjadi satu kesatuan. Kriminalitas
menyangkut hukum, dan hukum mengelilingi kriminalitas. Contoh istilah yang
digunakan dalam wacana hukum dan kriminalitas seperti tersangka, tim pembela, kasasi, vonis, hakim.
6. Wacana Olahraga Dan Kesehatan
Wacana
olahraga dan kesehatan berkaitan dengan masalah olahraga dan kesehatan. Masalah
yang berkaitan dengan kesehatan misalnya, muncul kalimat ”Sempat joging 10
menit, didiagnosis jantung ringan”. Istilah jogging adalah aktivitas
olahraga ringan yang berkaitan dengan kesehatan. Oleh karena itu, munculnya
istilah ’jantung ringan’ pada bagian berikutnya sama sekali bukan berarti berat
jantung yang ringan (tidak berat), tetapi jenis sakit jantung pada stadium awal
(masih belum mengkhawatirkan).
D.
ANALISIS
WACANA
Analisis
wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam suatu komunikasi atau telaah
mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Melalui analisis wacana, kita tidak
hanya mengetahui isi teks yang terdapat pada suatu wacana, tetapi juga
mengetahui pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan
bagaimana pesan-pesan itu tersusun, dan dipahami.
Jika
analisis isi kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (what),
analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks
komunikasi. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui apa isi teks
berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan lewat kata, frasa, kalimat,
metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bangunan struktur
kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi
dari suatu teks.
Objek kajian atau penelitian analisis
wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang
berupa teks maupun lisan. Misalnya naskah pidato, rekaman percakapan yang telah
dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, dan sebagainya. Dan pembahasan
wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara
konteks-konteks yang terdapat dalam teks. Pembahasan itu bertujuan menjelaskan
hubungan antara kalimat atau antara ujaran (utterances) yang membentuk wacana.
DAFTAR
PUSTAKA
sakalangkong
BalasHapusEnggih depadeh ... :)
BalasHapusterima kasih sudah berkunjung :)