Isnani Rosyianti

Yang dengan sejuta impian, ingin mewarnai dunia dengan penuh semangat dan tak kenal lelah...

Yang ingin menjadi insan bermanfaat dimanapun ia berada...

Just Keep ur spirit...

do the best and be ur self ^.^

Jumat, 20 Juni 2014

makalah wacana

PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN WACANA
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Menurut Douglas dalam Mulyana (2005: 3), istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta yaitu wac/wak/vak, yang artinya berkata, berucap. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi wacana. Menurut Alwi dkk (2003:42). Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat  atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.

Brown dan Yule (1996:1) menyebutkan bahwa wacana adalah bahasa yang digunakan. Menurut Kinneavy (dalam Supardo 1988:54) wacana pada umumnya adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan, tidak harus selalu menampilkan isi yang koheren secara rasional. Wacana dapat diarahkan ke satu tujuan bahasa atau mengacu sejenis kenyataan.
Pendapat lain dari Chaer (2003:267) mengatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Menurut Edmonson (dalam Juita 1999:3) wacana adalah satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku linguistic yang lainnya.  
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terstruktur secara lengkap yang disajikan secara teratur dan membentuk suatu makna yang disampaikan secara tertulis maupun lisan. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa.

B.     CIRI-CIRI WACANA
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri atau karakterisitik sebuah wacana. Ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut :
v  Terdapat tema
v  Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
v   Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
v   Memiliki hubungan koherensi
Koheren artinya wacana tersebut terpadu sehingga mengandung pengertian yang apik dan benar.  
v   Memiliki hubungan kohesi
Kohesif artinya terdapat keserasian hubungan unsur-unsur dalam wacana.
v   Medium bisa lisan maupun tulis
v  Sesuai dengan konteks

C.     JENIS-JENIS WACANA
v  Wacana Berdasarkan Media Komunikasi
1.      Wacana Lisan
Menurut Henry Guntur Tarigan wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Sedangkan, Menurut Mulyana wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Pada dasarnya bahasa lahir melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana lisan. Jauh sebelum manusia mengenal huruf, bahasa telah digunakan oleh manusia. Bahasa lisan menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada bahasa tulis.


Wacana lisan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Wacana lisan memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi tidak terputus.
b.      Wacana lisan sulit diulang, dalam arti mengulang hal yang sama dengan ujaran pertama.
c.       Wacana lisan dapat dilengkapi dengan gerakan anggota tubuh untuk memperjelas makna yang dimaksud.
d.      Wacana lisan biasanya lebih pendek daripada wacana tulis.
e.       Wacana lisan juga melibatkan unsur kebiasaan atau pengetahuan yang telah diketahui bersama (common ground),
2.      Wacana Tulis
Menurut Henry Guntur Tarigan wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Sedangkan menurut Mulyana, wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan.
Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisian untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan yang utuh (buku, novel, ensiklopedia, dan lain-lain) yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada jenis wacana tulis.
Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk mengganti peran bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang bunyi. Huruf – huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan. Meskipun banyak wacana tulis yang panjang, ada juga wacana tulis yang pendek, wacana seperti ini banyak dijumpai di iklan, di stasiun kereta api, di swalayan, dan dijalan. Contoh:
a.       Pintu keluar
b.      Awas! tegangan tinggi !
c.       Kocok dulu sebelum diminum.
Wacana tulis yang pendek seperti diatas sangat mirip dengan wacana lisan, seperti penghilangan bagian tertentu, penyatuan saat dan tempat yang sama bagi penulis dan pembaca, dan penggunaan bentuk – bentuk informal.
Dari uraian diatas dapat dibuat ciri –ciri sebagai berikut :
a.       Wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk bahasa yang baku
b.      Wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit–unit kebahasaannya.
c.       Wacana tulis biasanya mempunyai unsur kebahasan yang lengkap
 ( Tidak ada penghilangan bagian – bagianya).
v  Wacana Berdasarkan Cara Pemaparan
Berdasarkan pemaparannya, wacana dibedakan menjadi :
1.      Wacana naratif (narasi)
Wacana naratif adalah karangan yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Dalam narasi terdapat unsu-unsur cerita yang penting misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Dalam wacana narasi harus ada unsur waktu, bahkan unsur pergeseran waktu itu sangat pentng. Unsur pelaku atau tokoh merupakan pokok yang dibicarakan, sedangkan unsur peristiwa adalah hal-hal yang dialami oleh sang pelaku.
Wacana narasi pada umumnya ditujukan untuk menggerakan aspek emosi. Dengan narasi, penerima dapat membentuk citra atau imajinasi. Aspek intelektual tidak banyak digunakan dalam memahami wacana narasi.


Contoh:
Pagi itu ku tapaki jalan sepanjang sawah yang luas itu. Ku pandangi pemandangan pagi yang sungguh menakjubkan. Sesekali petani hilir mudik menuju sawah mereka. Aku terus berjalan, tak terasa aku sampai pada ujung sungai Simpal. Sungai ini adalah pembatas antara desa pamanku dengan  desa Sumberwulu. Rupanya aku terlalu menikmati pemandangan sehingga tak terasa aku sudah terlalu jauh berjalan. Kemudian aku berjalan pulang untuk segera membantu paman mengantar pesanan ikan para pelanggan.
2.      Wacana deskriptif (deskripsi)
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan / melukiskan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penuturnya. Wacana itu biasanya bertujuan mencapai penghayatan dan imjinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah merasakan atau mengalami sendiri secara langsung.
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu sepertinya dapat dilihat dan dibayangkan oleh pembaca, seakan–akan pembaca dapat melihat sendiri. Deskripsi memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang – barang atau objeknya. Objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca indera kita.
Contohnya :
Siang itu aku sedang duduk santai pada bangku kayu di dalam kamar kosku yang baru saja direhabilitasi sambil menyeduh the manis yang ku buat tadi. Kamar kos yang seperti ini merupakan impianku sejak baru pertama kali aku menjadi mahasiswa pada Universitas Trunojoyo. Sekarang aku memandang puas pada hasil kerjaku. Aku bisa lebih betah sekarang berada di dalam kamar sambil belajar dan melahap buku-buku bacaan. Kos yang kelihatan lebih luas. Pada dinding kamar aku gantungkan foto-fotoku semasa SMA dulu. Kelihatan makin menarik apalagi setelah foto-foto itu aku tempatkan sesuai dengan ukurannya masing-masing, dari atas ke bawah mulai dari yang paling besar.
 3. Wacana eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (Pembaca ) agar yang bersangkutan memahaminya. Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha memberi informasi mengenai suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek. Misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan tekhnologi dll.
Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kata Tanya bagaimana. Oleh karena itu, wacana tersebut dapat digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur suatu aktivitas. Khusus untuk menerangkan proses dan prosedur, kalimat-kalimat yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan kalimat deklaratif.
Contohnya :
Jika kamu benar-benar membutuhkan sesuatu yang harganya tidak terjangkau oleh orang tuamu, kamu bisa mencari pekerjaan guna memperoleh cukup uang untuk membelinya sendiri. Berikut ini terdapat empat saran yang membantumu memperoleh pekerjaan. Pertama, sebarkan berita. Kedua, tidak lanjuti setiap peluang. Ketiga, tuliskan dan sebarkan lamaran serta daftar riwayat hidup. Keempat, ciptakan pekerjaan sendiri. Pertama-tama yang harus dipikirkan adalah lingkungan tempat tinggalmu. Adakah barang atau jasa yang belum ada penyediaannya? Tentu saja yang paling penting dari semuanya itu adalah bahwa  kamu harus mempunyai motivasi diri, disiplin dan mau berinisiatif.


3.      Wacana Argumentasi
Argumentasi adalah  karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan pernyataan yang logis. Wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional (Rottenberg, 1988:9). Senada dengan itu, Salmon (1984:8) memberikan definisi argumentasi sebagai seperangkat kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga beberapa kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat lain yang terdapat dalam perangkat itu.
Sebuah wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversi antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar). Biasanya, suatu topik diangkat karena mempunyai nilai, seperti indah, benar, baik, berguna, efektif atau sebaliknya.
Pada dasarnya, kekuatan argumen terletak pada kemampuan penutur dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang disebut pernyataan, alasan, dan pembenaran. Pernyataan mengacu pada kemampuan penutur dalam menentukan posisi. Alasan mengacu pada kemampuan penutur untuk mempertahankan pernyataannya dengan memberikan alasan-alasan yang relevan. Pembenaran mengacu pada kemampuan penutur dalam menunjukkan hubungan antara pernyataan dan alasan. Yang termasuk wacana hortatori antara lain khotbah, pidato tentang politik.
4.      Wacana Dramatik
Wacana dramatik menyangkut beberapa orang penutur (persona) dan sedikit bagian naratif. Pentas drama merupakan wacana dramatik. Drama dahulu dikenal dengan sebutan ‘sandiwara’, tetapi sekarang lebih dikenal dengan nama drama.
5.      Wacana Epistolari
Wacana epistolari digunakan di dalam hal surat-surat, dengan sistem dan bentuk tertentu. Wacana ini dimulai dengan alinea pembuka, isi, dan alinea penutup.
6.      Wacana Seremonial
Wacana seremonial berhubungan dengan upacara adat yang berlaku di masyarakat bahasa. Wacana seremonial dapat berupa nasihat (pidato) pada upacara perkawinan, upacara kematian, upacara syukuran, dsb.

v  Wacana Berdasarkan Pelibatnya
1.      Wacana Monolog
Pada wacana monolog pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan pembicara .Contohnya pidato,ceramah.
2.      Wacana Dialog
Apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian peran (feed back) Contohnya antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan disekolah,(bisa resmi atau tidak resmi ).
3.      Wacana Polilog
Apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran. Contohnya perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicara dan pendengar ( bisa resmi atau tidak resmi ).
v  Wacana Berdasarkan tujuan
1.      Wacana Ekspresif
Wacana ekspresif adalah wacana yang lebih ditujukan kepada pembuat (penulis atau pembicara) itu sendiri. Wacana ini diciptakan oleh si pembuat untuk kepentingan dirinya sendiri. Tidak terlalu menghiraukan audiens. Wacana ini bersifat individual dan sosial. Misalnya, catatan harian, dan lain-lain.
2.      Wacana Referensial
Wacana referensial adalah wacana yang lebih tertuju kepada penggambaran fakta atau realita dan data. Wacana ini tidak semata-mata ditujukan kepada decoder ataupun encoder, tetapi lebih mengutamakan kepada penyampaian fakta dan data secara akurat. Wacana ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu wacana referensial ekspositoris dan wacana referensial ilmiah.
3.      Wacana Susastra
Wacana susastra berbicara sesuai dengan realitas . Namun dalam wacana ini yang dominan bukanlah realitas itu sendiri, akan tetapi paduan imajinasi pengarang hingga membentuk suatu rangkaian yang kompak . jadi, realitas objektif sudah diolah menjadi realitas imajinatif. Misalnya, novel, cerpen, dan lain-lain.
4.      Wacana persuasif
Wacana persuasive adalah wacana yang memang diciptakan untuk decoder (pembaca atau pendengar). Tujuannya adalah untuk mempengaruhi. Misalnya iklan, pidato politik, khotbah, dan lain-lain.

v  Wacana Berdasarkan Isinya
1.      Wacana Politik
Wacana politik berkaitan dengan masalah politik.
2.      Wacana Sosial
Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
3.      Wacana Ekonomi
Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi, ada beberapa register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Contoh ungkapan-ungkapan register ekonomi seperti, persaingan pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, konsumen dirugikan, inflasi, evaluasi, harga saham gabungan, mata uang, dan sebagainya.
4.      Wacana Budaya
Wacana budaya berkaitan dengan aktivitas kebudayaan. Meskipun sampai saat ini makna ‘kebudayaan’ masih terus diperdebatkan, namun pada wilayah kewacanaan ini, kebudayaan lebih dimaknai sebagai wilayah ‘kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup, dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari’. Wilayah tersebut kemudian menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan sabagai representasi aktivitasnya yang kemudian disebut wacana budaya.
5.      Wacana Hukum Dan Kriminalitas
Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi menjadi satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum, dan hukum mengelilingi kriminalitas. Contoh istilah yang digunakan dalam wacana hukum dan kriminalitas seperti tersangka, tim pembela, kasasi, vonis, hakim.
6.      Wacana Olahraga Dan Kesehatan
Wacana olahraga dan kesehatan berkaitan dengan masalah olahraga dan kesehatan. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan misalnya, muncul kalimat ”Sempat joging 10 menit, didiagnosis jantung ringan”. Istilah jogging adalah aktivitas olahraga ringan yang berkaitan dengan kesehatan. Oleh karena itu, munculnya istilah ’jantung ringan’ pada bagian berikutnya sama sekali bukan berarti berat jantung yang ringan (tidak berat), tetapi jenis sakit jantung pada stadium awal (masih belum mengkhawatirkan).

D.    ANALISIS WACANA
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam suatu komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Melalui analisis wacana, kita tidak hanya mengetahui isi teks yang terdapat pada suatu wacana, tetapi juga mengetahui pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan-pesan itu tersusun, dan dipahami.
Jika analisis isi kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui apa isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan lewat kata, frasa, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks.
Objek kajian atau penelitian analisis wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang berupa teks maupun lisan. Misalnya naskah pidato, rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, dan sebagainya. Dan pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks. Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau antara ujaran (utterances) yang membentuk wacana.


DAFTAR PUSTAKA












2 komentar: