BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Membicarakan karya sastra maka kita akan
dihadapkan pada genre sastra yaitu berbagai bentuk dan ragam. Puisi merupakan
salah satu dari ragam tersebut. Beragam pengalaman dan peristiwa yang dialami
penyair merupakan jangkauan pandang untuk dituangkan dalam puisi. Sebagaimana
karya sastra yang lain (prosa dan drama), puisi juga memiliki kandungan makna
yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, khususnya tentang nilai-nilai
atau norma-norma kehidupan, baik kehidupan secara individual, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.Kelebihan puisi dibandingkan dengan ragam sastra
lainnya yaitu memiliki nilai estetik yang tinggi. Nilai estetik dapat berwujud
gaya bunyi, gaya kata, penggunaan kalimat yang penuh dengan makna konotasi,
hingga pada bentuk tipografinya. Makalah ini akan menjelaskan tentang definisi
puisi, penggolongan, situasi bahasa, unsur-unsur puisi, serta cara membacanya.
1. Apa pengertian puisi?
2. Bagaimana penggolongan puisi?
3. Apa pengertian situasi bahasa?
4. Apa saja yang termasuk dalam unsur-unsur puisi?
5. Bagaimana cara membaca puisi yang baik?
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian puisi.
2. Memahami penggolongan puisi.
3. Memahami pengertian situasi bahasa.
4. Memahami apa saja unsur-unsur puisi.
5. Memahami cara membaca puisi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puisi
Secara
etimologis kata puisi berasal dari bahasa Yunani, poema yang
berarti membuat, poesis yang berarti pembuatan atau
penciptaan, poeities yang berarti pembuat atau pencipta,
pembangun atau pembentuk. Waluyo (1987) mendefinisikan puisi sebagai bentuk
karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif
dan disusun dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata yang terindah
dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun
secara sebaik-baiknya, misalnya, seimbang, simetris, antara satu unsur lain
sangat erat hubungannya, dan sebagainya.
Sementara
itu Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik
dalam puisinya, kata-kata disusun sedemikian rupa sehingga yang menonjol adalah
rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mmpergunakan orkestra
bunyi. Shanon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi
di muka terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur
itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan
pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang
bercampur-baur.
Memahami isi
puisi tidak semudah memahami prosa atau drama. Puisi memiliki kebulatan,
keutuhan, kekhasan, serta keunikan tersendiri dalam menampilkan berbagai
persoalan. Persoalan-persoalan yang dimaksud dapat berupa peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pengalaman penyair, sejarah,
masalah sosial.
2.2 Penggolongan Puisi
Dalam
perkembangannya, puisi dibedakan atas dua golongan secara garis besar, yaitu
puisi lama dan puisi baru.
Ø Puisi
lama :
1) Mantra adalah perkataan atau ucapan yang dapat
mendatangkan kekuatan ghaib. Mantra dipercaya dapat memberikan sugesti pada
seseorang, misalnya: menyembuhkan orang sakit, mendatangkan celaka, memberikan
keberanian, dan sebagainya. Mantra dianggap sebagai sastra lisan yang tertua
dan digunakan untuk upacara-upacara tertentu.
2) Bidal adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung
nasihat, peringatan, sindiran.
3) Pantun adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri
atas empat baris dan berima silang (a,b,a,b). Baris satu dan kedua berupa
sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
4) Karmina adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri
atas dua baris dan berima silang (a,b). Baris kesatu berupa sampiran sedangkan
baris kedua merupakan isi.
5) Syair adalah puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri
atas empat baris dan berima serangkai (a,a,a,a). Semua baris memiliki makna
saling berkaitan.
6) Gurindam adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri
atas dua baris dan berima serangkai (a,a).
7) Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun
sebabak, memiliki sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris. Berirama
abc,abcd,abcde dan seterusnya.
8) Seloka adalah pantun berkait atau berantai. Seloka
disebut juga pantun berbingkai.
Ø Puisi
baru :
1) Distichon adalah puisi baru yang setiap baitnya
terdiri atas dua baris.
2) Terzina adalah puisi baru yang setiap baitnya terdiri
atas tiga baris.
3) Quantrain adalah puisi baru yang setiap baitnya
terdiri atas lima baris.
4) Quint adalah puisi baru yang setiap baitnya terdiri
atas empat baris.
5) Sextet adalah puisi baru yang setiap baitnya terdiri
atas enam baris.
6) Septima adalah puisi baru yang setiap baitnya terdiri
atas tujuh baris.
7) Stanza adalah puisi baru yang setiap baitnya terdiri
atas delapan baris.
8) Soneta adalah puisi baru yang setiap bainya terdiri
atas empat belas baris.
2.3 Situasi Bahasa
Bahasa
puisi lebih singkat bahkan bisa sangat pendek dan terbatas. Meskipun demikian,
puisi tetaplah hasil cipta yang diungkapkan oleh penuturnya. Puisi diciptakan
untuk dinikmati dan diapresiasi. Penikmat puisi dapat berasal dari pembaca atau
pendengar. Pembaca merupakan orang yang terlibat langsung dan secara sengaja
untuk mengetahui isi puisi yang dibacanya. Adapun pendengar adalah orang yang
secara sengaja atau tidak sengaja mendengar puisi dibacakan.
2.4 Unsur-unsur
Puisi
Unsur
puisi dibedakan menjadi dua yaitu batin dan fisik. Unsur batin berkaitan dengan
tema, rasa, nada, dan amanat. Unsur fisik berkaitan dengan tipografi, bahasa
dan persajakan (rima).
Ø Tema
adalah gagasan pokok, ide atau gagasan yang menduduki tepat utama dalam puisi.
Tema sangat berhubungan dengan tataran bahasa yang menjelaskan hubungan tanda
dngan makna.
Ø Moral
adalah sikap seseorang sangat mencitai sesama.
Ø Rasa
( feeling ) dalam puisi merupakan gambaran dari ekspresi perasaan penyair. Rasa
disebut juga arti emosional yang menggambarkan perasaan sedih, marah, senang,
gembira, takjub, ragu-ragu, bimbang, ptah hati, sombong, tercekam, cemburu,
kesepia, takut, dan sejenisnya. Pengungkapan rasa sangat dipengaruhi oleh
situasi batin penyair pada saat menciptakan puisi.
Ø Nada
(Tone) dan Suasana dalam puisi mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca.
Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada, mendikte, serius, mencekam dll.
Ø Amanat
merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Melalui teks
puisi, penyair dapat menyampaikan pesan secara lugas, mudah dimengerti dan
ditangkap oleh pembaca. Penyair juga dapat menyampaikan pesan kepada pembaca
dengan menyiratkan makna ke dalam teks puisi.
Ø Tipografi
merupakan perwajahan puisi. Perwajahan ini berkaitan dengan bentuk puisi,
seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata bahkan terkadang satu baris hanya
terdiri satu kata. Tipografi puisi lama sangat teratur da bersifat statis,
tidak berubah. Akan tetapi dalam puisi baru mulai dari Angkatan Balai Pustaka
hingga Angkatan Mutakhir, persoalan tipografi mengalami perubahan yang sangat
pesat.
Ø Bahasa
merupakan alat yang berupa konstruksi-konstruksi dalam sebuah puisi. Bahasa
puisi meliputi:
ü Diksi
adalah proses pemilihan kata. Pemilihan kata harus dilakukan dengan cermat
supaya dapat membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna gagasan yng ingin di
sampaikan.
ü Kata
konkret adalah kata yag dapat ditangkap degan indera dan memungkinkan
memunculkan imaji.
ü Iimaji
adalah kata atau susunan kosakata yang dapat mengungkapkan pengalaman indera.
Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, merasa,
bergerak. Imaji sangat berkaitan degan pencitraan dalam puisi. Pencitraan
adalah ungkapan yang dapat menimbulkan hadirnya kesan mental tertentu.
ü Figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya
akan makna. Bahasa figuratif disebut juga gaya bahasa (majas).
ü Persajakan
(rima) adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi. Rima mencakup (1) onomatope atau tiruan terhadap buyi. (2) bentuk intern
pola bunyi, yaitu aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi, atau kata.
2.5 Membaca
Puisi
Dalam
membaca puisi, hentian dan jeda merupakan petunjuk pertalian makna kata dengan
kata, larik dengan larik. Begitu halnya pertalian makna bait dengan bait.
Cara-cara membaca puisi yang baik dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) Interpretasi / penghayatan yaitu proses mendalami isi
puisi dengan menghayati atau memahami dan menafsirkan isi puisi yang akan
dibacakan.
2) Konsentrasi yaitu memusatkan pikiran pada puisi yang
akan dibicarakan agar mampu membangkitkan perasaan dan ingatan.
3) Vokal berkaitan dengan suara, ketepatan pengucapan
terhadap puisi yang dibacakan dan artikulasinya.
4) Intonasi berkaitan dengan irama atau tempo. Keras
lemahnya suara bergantung pada puisi yang dibacakan.
5) Penjiwaan yaitu pencerminan gerak dari ucapan melalui
ekspresi atau ungkapan. Penjiwaan meliputi ungkapan raut muka, lirikan mata,
atau peniruan watak sesuai dengan isi puisi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
· Pengertian Puisi
Secara etimologis kata puisi berasal dari
bahasa Yunani, poema yang berarti membuat, poesis yang
berarti pembuatan atau penciptaan, poeities yang berarti
pembuat atau pencipta, pembangun atau pembentuk. Puisi juga didefinisikan
sebagai bentuk karya sastra yan mengungkapkan pikiran dan perasaaan penyair
secara imajinatif.
· Penggolongan Puisi
Dalam perkembangannya, puisi dibedakan
atas dua golongan secara garis besar, yaitu puisi lama dan puisi baru.
Ø Puisi
lama terdiri atas: Mantra, Bidal, Pantun, Karmina, Syair, Gurindam, Talibun,
dan Seloka.
Ø Puisi
baru : Distichon, Terzina, Quantrain, Quint, Sextet, Septima,
Stanza, dan Soneta.
· Situasi Bahasa
Bahasa puisi lebih singkat bahkan bisa
sangat pendek dan terbatas. Meskipun demikian, puisi tetaplah hasil cipta yang
diungkapkan oleh penuturnya. Puisi diciptakan ntuk dinikmati dan diapresiasi.
· Unsur-unsur Puisi
Unsur puisi ada 2 yaitu yaitu
batin dan fisik. Unsur batin berkaitan dengan tema, rasa, nada, dan amanat.
Unsur fisik berkaitan dngan tipografi, bahasa dan persajakan (rima).
Ø Tema
Ø Moral
Ø Rasa
( feeling )
Ø Nada
(Tone) dan Suasana
Ø Amanat
Ø Tipografi
Ø Bahasa
yang meliputi:
ü Diksi
ü Iimaji
ü Figuratif
ü Persajakan
(rima)
· Membaca Puisi
Dalam
membaca puisi, hentian dan jeda merupakan petunjuk pertalian makna bait dengan
bait. Cara-cara membaca puisi yang baik dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) Interpretasi / penghayatan yaitu proses mendalami isi
puisi dengan menghayati atau memahami dan menafsirkan isi puisi yang akan
dibacakan.
2) Konsentrasi yaitu memusatkan pikiran pada puisi yang
akan dibicarakan agar mampu membangkitkan perasaan dan ingatan.
3) Vokal berkaitan dengan suara, ketepatan pengucapan
terhadap puisi yang dibacakan dan artikulasinya.
4) Intonasi berkaitan dengan irama atau tempo.
5) Penjiwaan yaitu pencerminan gerak dari ucapan melalui
ekspresi atau ungkapan.
3.2 Saran
1. Setelah
mempelajari bagaimana analisis puisi ini, pembaca diharapkan dapat membaca dan
menerapkan cara-cara membaca puisi dengan baik dan benar.
2. Dimohon kepada pembaca apabila dalam penulisan makalah
ini ada kejanggalan atau kesalahan dalam penulisan maupun makna dalam bacaan,
untuk memberi masukan kepada kami sebagai penulis. Karena manusia tak ada yang
sempurna dan kesempurnaan itu yang milik Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Sulaiman. 2012. Kajian Kesastraan.
Surabaya: Pustaka Radja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar