Tentang sebuah rindu pada seorang yang belum pernah kulihat dengan mataku
Yang belum pernah kujumpai bahkan sekedar dalam mimpi
Dan kini di tiap doaku, ku selipkan selalu
Perjumpaan dengannya
Meski hanya dalam mimpi
Dulu
Ketika masa kuliah
Puji syukur kepada Allah, kakiku diringankanNya untuk mengayuh sepeda menuju rumahNya
Kuikuti segala kegiatan masjid kampus
Latihan baca kitab tiap malam selasa
Banjari tiap malam kamis
Latihan Qiro’ah tiap malam jum’at
Termasuk kegiatan tiap malam kamis kala itu
Yang belum pernah syair-syairnya kudengar selama hidupku
Tapi aku selalu suka
Karena semua isi yang ada didalamnya
Aku suka istighosahan
Didalamnya ada istighosahan
Aku suka tahlilan
Didalamnya ada tahlilan
Aku suka maulidan
Didalamnya ada maulidan
Aku suka bunyi ketika ditabuhnya banjari
Alhamdulillah aku bisa menikmati itu semua dalam satu majlis
Yang aku tak tahu dan terbersit pertanyaan dalam hatiku
Ini kegiatan apa? Siapa Kyai Usman? Siapa Kyai Asrori?
Kok selalu disebut-sebut?
Oh, mungkin gurunya mereka
Ku coba menjawab sendiri dalam hati
Tapi siapa? Aku tetap ingin tahu
Karena belum segera terjawab penasaranku
Kucoba tanya ke salah satu teman
“Ini kegiatan yang digalang sama alumni pondokku,Is...”
“Semua yang ikut ini kebanyakan alumni pondokku dulu, Is”
Pondok mana itu? Tanyaku
“Pondok Lamongan. Glagah” Jawabnya
Tapi entahlah
Tetap saja aku tidak puas dengan jawaban itu.
Aku masih penasaran
Tapi ya sudahlah aku hanya manggut-manggut saja
Selalu aku ikuti kegiatan itu
Syair dan nadanya indah sekali
Jika diresapi pastilah menetes airmata ini
“Laa ilaaha Illallah, Laa ilaaha Illallah
Muhammadun Rasulullah, Syaikh Abdul Qodir Waliyullah
Muhammadun Rasulullah, Syaikh Abdul Qodir Waliyullah
Yaa Maulana Yaa Rohmaan Bil ‘Atho jud Yaa Dayyan
Bin Nabi Khoiril Waroo Laa Tuhriqna Binniron”
Aku hanya senang saja membaca syairnya
Aku suka nadanya, lagunya
Indah, menyentuh hati
Aku belum punya kitabnya
Tiap kali aku ikut,
Ku coba ikut membaca kitab teman sebelahku
Aku menikmatinya
Sungguh aku suka syair dan lagunya
Lalu di penghujung syair
Disebutlah Kyai Usman, Kyai Asrori
Sebenarnya siapa beliau-beliau ini?
Akhirnya, sampailah pada tanggal 14 Desember 2014
Saat ada ziarah wali lima bersama teman-teman yang ikut kegiatan malam kamis itu
Dan pada hari itu juga
Untuk kali pertama
Kakiku melangkah di bumi Al Fithrah
Di kubah biru tak berpintu
Aku masih tak tahu itu ke makam siapa
Hanya tahu kalau kata teman-teman, itu makam Kyai Asrori
“Ini pondok besar sekali... Ya Allah adem sekali sekali suasananya”
Bathinku kala itu
Terlihat para santri hilir mudik berpeci putih
Ada yang bermain sepak bola di lapangan
Ada juga beberapa santri menabuh banjari
Mungkin sedang latihan
“Yaa Allah aku suka pondok ini”
Bathinku kala itu
Saat itu ketika kami berjalan dan melewati beberapa santri berpeci putih
Aku hanya bisa menundukkan kepala
Malu sekali
“Yaa Allah beruntungnya yang bisa mengais ilmu di tempat ini”
Bathinku kala itu
Itulah hari pertama kali aku ziarah ke makam Kyai Asrori
Lalu mampirlah kami ke koperasi
Aku membeli sebuah buku
Buku sholawat
Kutulisi tanggal beserta tempat aku membeli buku itu
Agar tak lupa hari ketika aku menginjakkan kaki di tempat sejuk itu
~
3 tahun kemudian
Tanggal 2 Januari 2017
JalanNya menuntunku kembali ke tempat itu
Aku kembali ke tempat
Dimana aku jatuh cinta ketika pertama kali menginjakkan kaki
JalanNya menuntunku mengabdi ke tempat itu
Aku kembali ke tempat aku merasa tenang didalamnya
Al Fithrah
Kubah biru tak berpintu
Sholat isyroq, sholat dhuha, sholat isti’adzah, asmaul husnah, khataman, istighosah, burdah, sholat litsubutil iman, sholat liqodloil hajat, sholat tasbih, yasin, tahlil, manaqib, maulid, semua dilaksanakan setiap harinya di tempat ini
Begitu terus setiap harinya
Paket komplit
Semua ada
Ngaji kitab kuning tiada henti
Pagi, siang, malam
Wadhifah sesuai tuntunan beliau
MasyaAlllah
Al Fithrah, gudang ilmu
~
Hari pertama mengabdi
Pagi itu, ketika aku ke masjid bersama anak-anak itu
Anak-anak yang mulia, para pengais ilmu
Mereka berdoa setelah membaca asmaul husnah
MasyaAllah doanya bagus
Doanya lengkap
Aku terenyuh mendengarnya, sungguh
“Biasmaikal husnaa,
Ighfirlanaa dzunuubanaa,
Waliwaalidiina, wa dzurriyyatiina, kaffir an sayyiaatiina,
Wastur ‘alaa ‘uyuubina,
Wajbur ‘alaa nuqshooninaa,
Warfa’ daarojaatinaa,
Wa zidna ‘ilman naafi’aa,
Wa rizqon wasii’aa,
Halalan thoyyibaa,
Wa ‘amalan shoolihaa,
Wa nawwir quluubana,
Wa yassir umuurona,
Wa shohhih ajsaadana,
Daaiman hayatinaa,
Ilal khoiri qorribnaa,
‘anisy syarri baa’idnaa
Wa qurban rojaauna,
Akhiron nilnal munaa”
MasyaAllah, bagus sekali doa ini...
Bathinku kala itu
Allah...
Kini
Tiap kali duka datang
Saat lara datang
Ku ayunkan kaki
Sowan beliau, menangis di makam beliau
Ketika selesai
Lepas sudah segala jeratan duka lara
~
Yai...
Saya yang kecil dan hina ini
Sungguh merindukan panjenengan
Belum pernah diri ini merasakan bagaimana bahagianya bertemu panjenengan
Yai...
Meskipun saya yang kecil dan hina ini belum pernah melihat wajah panjenengan secara nyata
Tapi...
Saya merindukan panjenengan, saya mencintai panjenengan
Saya belum pernah belajar langsung dari panjenengan
Atau mendengarkan suara panjenengan secara langsung
Tapi...
Saya senang ada di pondok panjenengan
Saya ingin selalu mencintai panjenengan
Saya ingin bertemu panjenengan
Saya sungguh ingin bertemu panjenengan
Saya sungguh ingin selalu mendapat ridho panjenengan
Yaa Allah...
Hamba tahu, Yai tidak pergi
Hamba tahu, Yai hanya pindah dimensi
Hamba tahu, Yai masih ada dan bersama kita
Allah... Tuhanku Yang Maha Tahu keadaan hati hambaNya
Mohon sampaikan salam datheng Yai...
Kulo kepingin kepangge Yaa Allah...
#Pondok Pesantren Al Qur’an Al-Mashduqie, 3 Maret 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar