Isnani Rosyianti

Yang dengan sejuta impian, ingin mewarnai dunia dengan penuh semangat dan tak kenal lelah...

Yang ingin menjadi insan bermanfaat dimanapun ia berada...

Just Keep ur spirit...

do the best and be ur self ^.^

Selasa, 16 April 2019

Tentang rindu (4)

Di detik ini aku merindumu
Juga pada detik-detik yang lalu-lalu
Atau bahkan untuk detik-detik selanjutnya

~
Ini sudah lewat tengah malam. Pukul 00.17. Aku belum bisa tidur. Aku teringat Bu Nyaiku, yang jauh disana. Bu Nyai Sa'adah. Aku menangis dalam sujudku tadi, karena merindukan beliau. Beliau seperti oase dalam teriknya padang pasir. Begitu menyejukkan. Aku mencintainya. Aku mengaguminya. Aku selalu teringat padanya, terutama di saat-saat dadaku begitu sesak. Karena beliau adalah sosok yang mampu menjadi lapangnya hati bagi siapapun yabg berada di sekitarnya. Kalamnya menyejukkan. Akhlak beliau masyaAllah. Sejak aku mondok di pondok beliau, di Ponpes Al Karimi Tebuwung Dukun Gresik, tak sekalipun aku mendapati beliau marah atau membentak atau berbicara dengan nada tinggi. Beliau begitu penyayang, begitu penyabar. Setiap aku sowan pada beliau, beliau selalu tersenyum menyapa : 'Lho Mbak Rosi, mantuk kapan? pripun ngajine?' Bahkan meskipun ketika beliau sedang tidak enak badan karena kesleo waktu itu, beliau tetap menemaniku di ruang tamu. Sesungguhnya waktu itu, saat beliau dawuh habis kesleo, rasanya tanganku ingin sekali memijit beliau. Tapi aku sungguh tak berani. :(
Yaa Allah aku menangis dalam hati waktu itu. Perasaanku sendu. Apa yang bisa kulakukan untuk mengurangi sakit njenengan? Yaa Allah...
~
Ketika abah pejah waktu itu, hari ke-enpat ku luangkan waktu untuk pulang, untuk ta'ziyah. Ketika sampai di Ndalem, banyak sekali yang datang untuk ta'ziyah. Aku salim ke Bu Nyai, aku ingin memeluk beliau, tapi aku juga tak berani. Yaa Allah...
Beliau hahkan dalam saat saat berduka seperti itu, justru beliau yang memberiku semangat. 'BuNyai, Nyuwun ngapunten kulo nembe mriki amergi kemarin taseh wonten khataman.' 'Oh khataman, piye.ngajine lancar?' Yaa Allah... Bahkan dalam kondisi yang sedang berduka, Bu Nyai masih perhatian dengan para tamu beliau. Allah Yaa Robb... Tak kulihat sedilitpun raut wajah yang sedih. Beliau senantiasa tersenyum kepada para tamu. Mungkin begitulah jika seseorang memang benar-benar memahami bahwa semua adalah milikNya dan akan kembali padaNya. Sungguh, Bu Nyai benar-benar menerapkan ayat itu.
~
Aku teringat saat aku piket Ndalem waktu itu, tak sengaja aku menumpahkan tahu di 'sarangan' setelah aku angkat dari penggorengan. Bu Nyai kebetulan mirsani, lalu beliau dawuh. 'jatuh Mbak, nggak apa-apa smpyn cuci Nggeh, setelah dicuci digoreng lagi'. Aku yang saat itu deg-degan khawatir Bu Nyai duko, malah ingin menangis karena kesabaran dan kelemahlembutan Bu Nyai. Bu Nyai juga welas sekali, terkadang ketika pondok sepi karena mayoritas santri MTs yang masuk pagi dan hanya tinggal segelintir saja yamg di pondok karena sekolah tingkatan SMA/MA masuk siang, Bu Nyai tiba-tiba menghampiri kami yang sedang bersantai di halaman belakang dan memberi kami sepiring jajanan khas tradisional seperti 'gethuk', tela rebus, singkong goreng, dan tentu saja, kami berebut karena ingin mendapat cipratan barokah dari beliau.
~
Pondok Pesantren Al Karimi adalah pondok tertua dilingkungan Kecamatan Ndukun dan sekitarnya. Meskipun bukan termasuk pondok dengan jumlah santri ribuan, tapi prestasi santri-santri pondok Al Karimi sudah mencapai ranah nasional. Baik dalam ranah akademik maupun non akademik. Para santrinya sering menjuarai lomba MTQ tingkat nasional. Dibimbing langsung oleh Ning Afiyah Wiji Rahayu, juara 1 MTQ nasional tahun 2009 kalau tidak salah. Karena seingat saya, waktu itu saya masih kelas IX MTs.
~
Dan, bagaimana saya dan santri-santri lain tidak betah, karena mempunya Bu Nyai yang sabarnya MasyaAllah. Bu Nyai yang masak sendiri untuk santri-santri beliau, dengan masih menggunakan tungku, bukan kompor gas. Yang penampilan beliau sungguh sederhana, namun akhlak beliau luhur melangit. Teringat saat Ngaji abah sore itu, Abah (Allahuyarham) berpesan 'Belajaro dadi koyo ibukmu iku loh. Gak tau ngrasani, ono tamu pas namu iku ngomongi wong, yo Ibukmu gak tau nyauti. Meneng ae. Gak melu-melu. Gak tau ngomongi wong Ibukmu iku. Suargo iku mbesok ibukmu. Suargo temen'.
~
Allah Yaa Robb, masih banyak hal lain yang aku kagumi dari beliau, tak mungkin cukup aku tuangkan lewat tulisan ini.
Allah Yaa Robb, sayangi Ibuk, cintai Ibuk, Bahagiakan Ibuk di dunia dan akhirat.
~
Ibuk, aku mencintaimu, aku merindukanmu, dulu, kini dan nanti.

-Surabaya, Asrama Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, 01:05 am.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar