Isnani Rosyianti

Yang dengan sejuta impian, ingin mewarnai dunia dengan penuh semangat dan tak kenal lelah...

Yang ingin menjadi insan bermanfaat dimanapun ia berada...

Just Keep ur spirit...

do the best and be ur self ^.^

Senin, 13 Oktober 2014

Makalah Model Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat moder. Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik.Hal ini tentu saja menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang melekat pada pendidikan diantaranya  adalah kurikulum, guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran keberadaan  guru sangatlah urgen, karena guru yang menentukan, apakah tujuan  pembelajaran tercapai atau tidak?, bagaimana kompetensi siswa?
Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namum pembelajaran dan pemahaman siswa di tingkat dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah pada beberapa materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.Pembelajaran di tingkat sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa.Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat motivasi belajar  siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis (Direktorat PLP, 2002)
Menurut pendapat oleh Peter Sheal (1989) sesuai dengan “Kerucut Pengalaman Belajar” Dia menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan “penglihatan” dan “pendengaran” dalam proses pembelajarannya akan memperoleh daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses belajar mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang di harapkan.
Dampak lain dari proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering menonton gurunya mengajar dari pada memperhatikan  guru mengajar. Sehingga guru yang “lucu” apalagi memberi nilai “murah” akan menjadi favorit para siswa. Akankah hal seperti ini kita biarkan atau bahkan dipertahankan? Atau kita akan mendobrak dengan langkah baru? Apa yang kita lakukan dalam menyikapi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  itu akan menentukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita termasuk penganut status quo atau menjadi agent of change? Guru yang ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik, memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Mencermati hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mind set kearah pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya dan khususnya tujuan pembelajaran. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan  yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran yang berguna dalam mencapai iklim  PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) adalah tuntutan yang harus diupayakan oleh guru.
Keanekaragaman model pembelajaran yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrsah Ibtidaiyah (MI). Ini berarti tidak ada model pembelajaran yang paling baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian model pembelajaran?
2.      Bagaimana penerapan pembelajaran langsung di SD?
3.      Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif di SD?
4.      Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis Masalah di SD?
5.      Bagaimana penerapan pembelajaran contextual teaching and learning di SD?
6.      Bagaimana penerapan pembelajaran terpadu di SD?
1.3. TUJUAN
1.      Untuk memahami pengertian model pembelajaran.
2.      Untuk memahami model pembelajaran langsung di SD.
3.      Untuk memahami model pembelajaran kooperatif di SD.
4.      Untuk memahami model pembelajaran berbasis masalah di SD.
5.      Untuk memahami model pembelajaran contextual teaching and learning di SD.
6.      Untuk memahami model pembelajaran terpadu di SD.

BAB II
PEMBAHAASAN
2.1PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Winataputra dalam  Sugiyanto (2008) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.Model pembelajaran juga merupakan rangkaian satu kesatuan dari pendekatan, strategi, metode,teknik dan bahkan taktik pembelajaran. Atau dengan kata lain bungkus atau bingkis dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
2.2MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
A. Pengertian Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung atau direct instruction model (DI) yaitu sebuah pengajaran yang ditujukan untuk membantu siswa belajar pengetahuan dan keterampilan dasar yang dapat diajarkan dengan cara langkah-demi-langkah.
Model ini memiliki nama yang bermacam-macam. Kadang-kadang model ini dikenal sebagai training model (Joyce & Well, 1996).Good, Grouws, dan Ebmeier (1983) menyebutnya active teaching model.Hunter (1982) menyebut mastery teaching model.Rosenshine dan Stephen (1986) menamakan pendekatan ini explisit instruction. Buku ini dimulai dengan suatu tinjauan umum  secara sistematik tentang model pengajaran langsung, yang diikuti oleh bahasan dukungan teoretik dan empirik. Kemudian memberi rincian konkret tentang bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sebuah pelajaran model pengajaran langsung.

B.     Tinjauan Umum Model Pengajaran Langsung
Model pembelajaran langsung merupakan suatu “keharusan” berada dalam koleksi model yang seharusnya dimiliki oleh guru.Singkatnya, model pembelajaran langsung dirancang untuk membelajarkan siswa tenteng pengetahuan yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah-demi-langkah.Model tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan ktrampilan sosial dan berfikir tingkat tinggi. Model pengajaran langsung merupakan sebuah model yang berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: mempersiapkan dan memotivasi siswa, menjelaskan dan mendemonstrasikan, latihan terbimbing, umpan balik, dan latihan lanjutan. Sebuah pelajaran model pengajaran langsung memerlukan persiapan yang seksama dari guru dan sebuah lingkungan belajar yang berorientasi pada tugas.
Tiga teori yang memberi rasional penggunaan model pengajaran langsung masa kini:
1.      Teori belajar perilaku
Teori-teori pembelajaran perilaku telah memberi sumbangan berarti pada pengajaran langsung.Teori tersebut disebut behaviorisme, karena pada teoritis dan peneliti pada tradisi ini lebih tertarik mempelajari perilaku manusia yang dapat diamati daripada hal-hal yang tidak dapat diamati, misalnya pemikiran manusia dan kognisi. Teori behaviorisme yang penting bagi guru adalah karya B.F. Skinner tentang operant conditioning dan ide-idenya bahywa manusia belajar dan bertindak dengan cara spesifik sebagai sebuah hasil dari bagaimana perilaku tertentu itu disemangati melalui penguatan.
2.      Teori pembelajaran sosial
Teori pembelajaran sosial mengadakan perbedaan antara pembelajaran (cara pengetahuan diperoleh) dan kinerja (perilaku yang dapat diamati). Teori ini menyatakan bahwa banyak dari apa yang dipelajari manusia berasal dari pengamatannya terhadap orang lain.tidak seperti kaum behaviorisme, para ahli teori pembelajaran sosial percaya bahwa segala sesuatu dapat dipelajari bila seorang pengamat secara sadar memperhatikan pada suatu perilaku (misalnya, menghidupkan korek api) dan kemudian menempatkan pengamatan tersebut ke dalam memori jangka-panjang. Pengamat akan tahu bagaimana menghidupkan korek api, tidak peduli apakah ia melakukan perilaku itu atau tidak.
Prinsip-prinsip pengajaran sosial diterjemahkan ke dalam perilakuy pengajaran seperti berikuyt:
a.       Gunakan strategi-strategi untuk membangkitkan perhatian siswa
b.      Pastikan bahwa pengamatan tersebut tidak terlalu kompleks
c.       Kaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awalm siswa
d.      Gunakan latihan untukn memastikan penyerapan jangka-panjang.


3.      Penelitian efektivitas guru
Penelitian yang dilakukan oleh Stalling dan para koleganya menunjukkan pentingnya waktu berasa dalam tugas atau time-on-task (Stalling & Kaskowitz, 1974). Penelitian ini juga menyumbang dukungan teoritik untuk penggunaan model pengajaran langsung.Penyelidikan ini menyelidiki sekolah-sekolah dasar dimana guru menggunakan pendekatan yang beraneka ragam dalam mengajar.
       
C.     Perencanaan Model Pengajaran Langsung
Model pengajaran langsung telah dirancang secara khusus untuk membelajarkan siswa tentang pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk melaksanakan keterampilan kompleks dan sederhana tentang pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan langkah-demi-langkah.
Pengertian deklaratif adalah pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sesuatu, sedangkan pengertian prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan  sesuatu.
Perencanaan untuk waktu dan ruang:
a.         Perencanaan waktu dan pengelolaan waktu sangat penting untuk sebuah pelajaran model pengajaran langsung. Guru harus memastikan bahwa waktunya cukup, bahwa waktu itu sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa di dalam kelas tersebut, dan bahkan siswa termotivasi untuk tetap terlibat sepanjang pelajaran.
b.        Perencanaan ruang dan pengelolaan ruang juga sangat penting untuk suatu pelajaran pengajaran langsung. Kebanyakan guru lebih menyukai menggunakan formasi meja baris dan kolom yang lebih tradisional.formasi ini paling cocok untuk situasi-situasi di mana dibutuhkan perhatian yang terfokus pada guru atau pada kelas.  Sebuah alternatif untuk susunan baris dan kolom tradisional adalah susunan meja berderet horisontal.
D.    Pelaksanaan Pelajaran Model Pengajaran Langsung
Lima  fase model pengajaran langsung itu diikhtisarkan seperti di bawah ini:
·         Menyampaikan tujuan dan memotivasi
Idak memandang modal pengajaran  yang digunakan, guru yang baik mengawali pelajaran mereka dengan menjelaskan tujuan pembelajaran mereka, versi singkat tujuan tersebut seharusnya ditulis di papan tulis atau di ketik dan dibagikan kepada siswa. Di samping itu, seharusnya dikatakan kepada siswa apa tujuan pembelajaran hari ini berkaitan dengan tujuan pembelajaran pertemuan terdahulu.
·         Melaksanakan Demonstrasi
Model pengajaran langsung berpijak kuat pada proporsi bahwa sebagian besar dari apa yang dipelajari dan sebagian besar dari koleksi perilaku siwa berasal dari mengamati perilaku orang lain. Teori pembelajaran sosial, khususnya mengandung ide bahwa memperhatikan perilaku tertentu itulah siswa dapat belajar melakukan perilaku tersebut dan mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi yang akan diperoleh. Jadi, perilaku-perilaku orang lain, yang baik mupun yang buruk akan menjadi panutan bagi siswa itu sendiri.
·         Memberi Latihan Terbimbing
Akal sehat mengatakan bahwa latihan membuat tugas menjadi sempurna. Sebuah langkah penting dalam model pengajaran langsung adalah cara bagaimana guru menyikapi latihan terbimbing. Untung bagi guru, sejumlah besar penemuan penelitian sekarang tersedia petunjuk yang dapat memandu upaya-upaya melakukan pelatihan. Sebagai misal kita mngetahui bahwa latihan aktif dapat meningkatkan daya serap, membuat belajar lebih otomatis, dan memungkinkan siswa mentransferpembelajaran ke situasi baru atau ke situasi yang penuh dengan tekanan. Prinsip-prinsip berikut ini dapat memandu cara-cara guru memberi latihan.
Ø  Memberi tugas latihan pendek dan bermakna
Ø  Memberi latihan untuk meningkatkan pembelajaran lebih
Ø  Menyadari keuntungan dan kerugian latihan blok  dan terdistribusi
Ø  Perhatian terhadap tahap awal latihan
·         Mengecek pemahaman dan memberi umpan-balik
Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan dan siswa memberi jawaban yang mereka yakini benar.Guru dapat memberi upan balik seperti dengan pengetesan, atau melalui komentar tertulis.
·         Asasmen dan evaluasi
Evaluasi memfokus pada tes kinerja yang lebih mengukur perkembangan ketrampilan daripada tes tertulis. Karena pembelajaran langsung sangat cocok digunakan untuk mengajar keterampilan.
2.3 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A.  Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan-ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah; laki-laki dan perempuan; serta siswa dengan latar belakang yang berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya. Kelompok yang heterogen ini akan tinggal selama beberapa minggu, sampai mereka dapat belajar bekerja sama dengan baik sebagai sebuah tim.
   Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran didalam kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses pembelajaran. Sekarang kita tahu bahwa pembelajaran yang terbaik tercapai ditengah-tengah percakapan di antara siswa. Sekarang ini banyak guru-guru di seluruh dunia mengubah deretan tempat duduk siswa yang telah mereka duduki sekian lama, dan dengan menciptakan suatu lingkungan kelas baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar akademiknya.
·         Ciri-ciri pembelajaran kooperatif :
ü  Anggota tim terdiri dari heterogenitas siswa
ü  Adanya ketergantungan yang positif antara anggota tim
ü  Pada setiap anggota tim harus memiliki tanggung jawab
ü  Penghargaan tim
ü  Setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil
ü  Berbagi kepemimpinan setiap anggota tim
ü  Menekankan tugas dan kebersamaan antara anggota tim
ü  Penghargaan tim yang diberikan kepada tim terbaik

B.       Bentuk Pembelajaran kooperatif
1.    Student Teams-Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
       Komponen utama dalam STAD :
·         Presentasi Kelas
Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas.Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau lebih dikenal dengan ceramah-diskusi yang dilkukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok.Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau mempelajarikonsep-konsep atas upaya mereka sendirisebelum pengajaran guru.Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa hanya pada presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus pada unit STAD tersebut. Dengan cara ini siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis mereka menentukan skor timnya.
·         Kerja Tim
Tim tersusun antara empat sampai lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin dan suku serta kemampuan siswa. Fungsi utama tim adalah menyiapakan anggotanya agar berhasil dalam menghadapi kuis. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut harus berkumpul umtuk mempelajari LKS atau bahan lain. LKS dapat diperoleh dari hasil penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga, atau proyek yang telah punya LKS siap pakai atau dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan.
Kerja tim tersebut merupakan ciri terpentimg STAD. Pada setiap saat, penekanan diberikan kepada anggota tim agar memberikan yang terbaik untuk timnya. Dan pada tim sendiri agar  melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Tim tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan diantara anggota tim harus saling memberikan dukungan dan rasa hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar kelompok , harga diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan siswa.
·         Kuis
Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua latihan tim, para siswa tersebut dikenai kuis individual. Siswa tidak dibenarkan saling membantu selama kuis itu berlangsung.Hal ini menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.
·         Skor perbaikan individu
Setiap siswa dapat menyumbang maksimum kepada timnya dalam sistem penskoran, namun tidak seorangpun siswa bisa melakukan hal seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu.Setiap siswa diberikan skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada kuis sebelumnya.Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
·         Penghargaan Tim
Tim dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu.
Persiapan untuk menggunakan STAD :
·         Bahan Ajar
STAD dapat diterapkan dengan menggunakan bahan ajar yang khusus dirancang untuk pembelajaran tim siswa yang telah dikembangkan oleh pusat penelitian dan pengembangan, lembaga, proyek atau bahan ajar yang dibuat oleh guru itu sendiri.
·         Penempatan Siswa dalam Tim
Sebuah tim dalam STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari 4-5 sesuai yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja yang lalu, suku dan jenis kelamin. Siswa ditempatkan oleh guru pada sebuah tim
·         Penentuan Skor Dasar Awal
Skor dasar mewakili skor rata-rata siswa pada kuis yang lalu. Apabila anda memulai STAD setelah anda memberikan 3 kuis atau lebih, gunakan kuis rata-rata sebagai skor dasar, apabila tidak memiliki skor kuis seperti itu gunakan nilai final sisa dari tahun yang lalu.


·         Mengajar
Setiap pelajaran pada STAD selalu di mulai dengan presentasi kelas. Presentasi dalam kelas iu sebaiknya meliputi pdahuluan, inti yang dapat berisi komponen presentasi bahan dan latihan terbimbing dari keseluruhan plajaran, sedang kegiatan tim dan kuis mencakup latihan bebas dan assement. Dalam pelajaran itu diberikan penekanan dalam hal berikut ini: pendahuluan, katakan kepada siswa apa yang akan di pelajai nya dan mengapa hal itu penting, bangkitkan keinginan siswa dengan demonstrasi yang menggundang pertanyaan, masalah kehidupan sehari-hari yang nyata, dan dengan cara-cara yang lain. Preentasi, upayakan tidak akan menyimpang dari hal yang akan di ujikan. Fokus pada makna, bukan pada hafalan. Latihan tebimbing,  mintalah kepada seluruh siswa mengerjakan soal atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban atas pertanyaan-pertanyaan guru.
·         Beljar Tim
Siswa memiliki LKS dan kunci LKS yang dapat mereka gunakan untuk latihan ketrampilan yang sedang dipelajari dan untuk mengakses dirinya sendiri dan teman-teman sesama tim, hanya ua kopi LKS dan kunci LKS diberikan kepada setiap tim, untuk memaksa teman sesama tim bekerja sama namun jika beberapa siswa bekerja sendiri dan meminta kopi untuk didi sndiri guru dapat menyediakan LKS cadangan. Ingatkan siswa bahwa jika mreka memiliki pertanyaan, mreka harus bertanya dahulu kepada anggota ssama tim sebelum bertanya kepada guru. Sementara siswa yang bekerja dalam tim, diharapkan guru berkeliling keseluruh penjuru kelas, memberikan pujian kepada tim yang bekerja baik, duduk bersama tim untuk mendengarkan bagaimana mereka berdiskusi.
·         Kuis
Bagilah kuis tersebut dan beri siswa cukup waktu untuk menyelesaikannya. Jangan memperbolehkan sisa bekerja sama dalam setiap kuis. Pada saat ini siswa harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar secara individu, mintalah siswa menggese meja-meja mereka agar saling bejauhan. Jangan memperbolehkan sisw bertukar lembar jawaban dengan anggota tim yang lain., atau mengumpulkn lembar keja teman.
·         Penghargaan Tim
Segera mungkin setelah kuis terlaksana, guru seharusnya mengumumkan perbaikan individual dan skor tim, dan menghadiahkan sertifikat atau penghargaan pada timyang memperoleh skor tinggi. Poin perbaikan, siswa mendapat poin untuk tim mereka berdasarkan seberapa besar skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka, dan poin itu dihitung dengan cara seperti berikut.
KRITERIA POIN PERBAIKAN

Apabila suatu skor kuis adalah....
Seorang siswa mendapat....
Memperoleh nilai sempurna tidak memandang berapapun skor dasar

Lebih dari sepuluh poin di atas skor dasar

Skor dasar sampai sepuluh poin di atas skor dasar

Sepuluh poin di bawah sampai satu poin di bawah skor dasar

Lebih dari sepuluh poin di bawah skor perbaikan
30 poin perbaikan


30 poin perbaikan

20 poin perbaikan


10 poin perbaikan


0 poin dasar


2.    Model Pembelajaran Jigsaw II
Model pembelajaran ini di cocok digunakan apabila bahan yang dipelajari berbentuk teks naratif tertulis. Jigsaw II paling cocok diterapakan pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan bidang studi lain yang tujuan pelajarannya lebih menekankan pada konsep dari pada ketrampilan. Bahan ajar jigsaw II biasanya merupakan sebuah bab, cerita, biografi, dan bahan deskripsi lainnya.
Tinjauan Umum Jigsaw II
Jigsaw II dapat digunakan apabila bahan yang dipelajari berbentuk naratif tertulis. Jigsaw II paling cocok diterapkan pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan bidang studi lain yang tujuan pelajarannya lebih menekankan pada konsep dari pada ketrampilan. Bahan ajar untuk Jigsaw II biasanya merupakan sebuah bab, crita, biografi, dan bahan diskriptif lainnya.
Dalam Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim-tim heterogen seperti pada STAD. Siswa ditugasi mempelajari bab atau bahan-bahan lain untuk dibaca, dan diberikan: lembar ahli yang berisikan topik yang berbeda. Untuk setiap anggota tim agar pada saat membaca memfokus pada topik tersebut. Apabila setiap orang telah selesai membaca, siswa dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu dalam sebuah kelompok ahli untuk membahas topik mereka selama kurang lebih 30 menit. Para ahli ini kemudian kembali pada tim mereka. Dan secara bergantian mengajar teman sat tim nya tentang topik-topik keahlian mereka. Akhirnya siswa diberi kuis tentang seluruh topik, dan skor uis tersebut menjadi skor tim. Skor-skor yang disumbangkan oleh siswa pada tim mereka didasarkan pada sistem skor dan perbaikan individual, dan siswa pada tim degan skor tinggi dapat diberi sertifikat atau nama-nama mereka di umumkan pada papan buletin atau dimuat pada lembar berita kelas. Dengan cara ini diharapkan siswa termotivasi untuk belajar bahan ajar tersebut dengan baik. Kunci keberhasilan Jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkannya agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Persiapan untuk menggunakan Jigsaw II
ü  Persiapan Bahan Ajar
ü  Menempatkan siswa dalam tim atau kelompok
ü  Mengelompokkan siswa dalam tim atau kelompok ahli
ü  Penentuan skor dasar awal
ü  Diskusi tim atau kelompok ahli
ü  Laporan tim atau kelompok
ü  Tes atau kuis
ü  Penghargaan tim atau kelompok
·         Sintaks model Jigsaw II
1)      Guru membagi bahan ajar menjadi 4 bagian.
2)      Guru memberikan pengantar, penjelasan dan pengenalan terhadap materi ajar.
3)      Siswa dibentuk menjadi kelompok berempat.
4)      Bagian pertama bahan ajar diberikan siswa pertama dan seterusnya.
5)      Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi yang diterimanya.
6)      Anggota kelompok yang memperoleh materi yang sama dengan kelompok lain berkumpul dalam tim ahli untuk mendiskusikan materi yang diterimanya.
7)      Setelah selesai berdiskusi, setiap tim ahli kembali ke kelompoknya dan bertanggung jawan menjelaskan hasil kerjanya kepada anggota kelompoknya yang lain.
8)      Masing-masing kelompok membuat kesimpulan atau laporan kelompok.
9)      Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
10)  Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
2.4 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
A. Pengertian model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut bruner yaitu “pembelajaran berdasarkan kegiatan yang memberi kesempatan kepada siswa menggunakan pengalaman-pengalaman dan pengamatan-pengamatan langsung mereka untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah-masalah ilmiah. Buku teks sering ditinggalkan dan digantikan dengan manual labolatorium.Bruner mendiskripsikan scaffolding sebagai proses pada saat siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kemampuan perkembangan siswa itu melalui bantuan (scaffolding) guru atau orang yang lebih menguasai masalah itu.ia percaya bahwa interaksi sosial di dalam dan di luar sekolah menyumbang banyak perolehan bahasa siswa dan perilaku-perilaku pemecahan masalah.
 Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menumbuhkan dan mengembangkan berpikir tingkat tinggi dalam situasi-situasi berorientasi masalah,mencakup belajar bagaimana belajar (learning how to learn).Pembelajaran berdasarkan masalah berusaha keras membantu siswa menjadi mandiri dan siswa mampu mengatur diirinya sendiri. Dalam pemberlajaran berbasis masalah guru  secara terus- menerus  membimbing dengan cara mendorong siswa mengajukan pertanyaan dan memberi penghargaan untuk pertanyaan yang mereka ajukan. Dengan mendorong siswa mencari solusi terhadap masalah nyata yang dirumuskan sendiri siswa belajar menangani tugas-tugas pencarian solusi ini secara mandiri.
B. Ciri khas pembelajaran berbasis masalah:
1)      Mengajukan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan pada mengorganisasikan  pembelajaran disekitar pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa . Pelajaran itu pada situasi kehidupan nyata ,menghindari jawaban sederhana ,dan memperbolehkan adanya keragaman solusi yang kompetetif beserta argumentasinya.
2)      Kolaborasi
Seperti pembelajaran kooperatif ,pembelajaran berbasis masalah juga ditandai oleh siswa yang berkerja sama dengan siswa lain. Sering kali dalam pasangan-pasangan atau kelompok-kelompok kecil berkerja sama dapat mendatangkan motivasi dan memperkaya kesempatan berbagi inkuiri dan dialog.
3)      Penyelidikan otentik
Pembelajaran berbasis masalah menghendaki para siswa menggeluti penyelidikan otentik dan berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan nyata .Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah itu. Mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi ,mengumpulkan dan menganalisis informasi ,membuat inferensi dan kesimpulan.
C. Situasi masalah yang baik dalam pembelajaran berdasarkan masalah yaitu
Ø Masalah itu seharusnya otentik berakar pada pengalamaan dunia nyata   siswa daripada  prinsip-prinsip disiplin akademik tertentu.
Ø Masalah itu seharusnya terdefinisi secara agak longgar atau tidak ketat dan menghadapkan pada nuansa misteri dan teka-teki masalah yang akan menimbulkan rasa penasaran pada siswa dan termotivasi untuk memecahkan masalah tersebut.
Ø  Masalah itu seharusnya bermakana bagi siswa dan pas untuk tingkat perkembangan intelektual siswa.
Ø  Masalah-masalah seharusnya cukup luas sehingga memungkinkan guru menuntaskan tujuan-tujuan pembelajaran mereka,namun cukup terbatas waktu ,ruang,dan sumber daya.
C.   Sintaks pembelajaran berdasarkan masalah:
1.      Orientasi siswa kepada masalah
Pada permulaan  pembelajaran berdasarkan masalah,sama semua seperti pelajaran yang lain guru seharusnyaa mengkomunikasikan secara jelas tujuan-tujuan pembelajaran ,menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran itu dan mendiskripsikan apa yang di harapkan dilakukan siswa selama pelajaran . Konsep ini lebih menjelaskan sebagai pelajaran yang meminta mereka untuk mencari tahu atau mencari jawabannya sendiri sebagai sesuatu yang ingin diketahui atau dipelajari.Masalah yang disajikan membutuhkan jawaban yang kompleks dan banyak solusi dan kadang-kadang saling bertentangan. Fase ini siswa akan didorong untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan berupaya untuk mendapatkan informasi. Ide penting dalam mempersian penyelidikan pada fase berikutnya sehingga dalam mempresentasikannya harus dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan merangsang keinginan belajar siswa.
2.      Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki pengembangan ketrampilan-ketrampilan kolaborasi antar siswa dan guru membantu siswa secara bersama-sama menyelidiki masalah serta guru juga menyiapkan fasilitas yang mungkin digunakan siswa sebagai sarana untuk penyelesaian masalah.Mengorganisasikan siswa maksudnya membuat atau mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.Dalam pengelompokan ini guru harus bersifat adil tanpa perbedaan baik dalam jenis kelamin maupun tingkat kemampuan masing-masing siswa. Agar terjadi proses pertukaran informasi antar siswa baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Setelah pembentukan kelompok –kelompok belajar guru  memberikan tema atau topik . Kemudian siswa memunculkan masalah dari tema tersebut yang kemudian akan diangkat sebagai  pokok permasalahan. Kelompok belajar tersebut berubah peran menjadi kelompok penyelidikan .Kemudian masing-masing anggota mencari subtopik-subtopik spesifik dari masalah sehingga masing-masing siswa memiliki tugas individu tetapi dalam satu kelompok agar semua siswa aktif.Dan tugas guru adalah membantu siswa mencocokan kegiatan penyelidikan dengan jadual kegiatan.
3.      Membantu penyelidikan individual maupun kelompok
Penyelidikan baik yang dilakukan individu,berpasangan maupun kelompok merupakan inti dari pembelajaran berdasarkan masalah. Guru sangat berperan dalam hal ini guru harus memantau dan membantu kesulitan atau hambatan yang di alami siswa saat proses pemecahan masalah. Hal-hal yang dilakukan siswa saat penyelidikan adalah sebagai berikut:

·         Tahap pengumpulan data dan eksperimen
Pada tahap ini merupakan langkah bagi guru untuk mendorong siswa mengumpulkan data dengan melaksanakan pengamatan sampai siswa sepenuhnya memahami dimensi-dimensi suatu masalah.Tujuannya agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
·         Perumusan hipotesis
Pada tahap ini siswa menemukan kesimpulan baru  melalui sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis inilah siswa diharapkan mampu menentukan berbagai kemungkinan atau ide untuk penyelesaian masalah.Setelah muncul hipotesis maka dilanjutkan dengan pengumpilan data.
·         Pengumpulan data
Pada tahap ini siswa harus berfikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses ini berdasarkan pengalaman.Siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Untuk kemudian diuji kebenarannya.
·         Menguji hipotesis  dan memberikan solusi
  Ketika berlangsung fasi pengumpulan data dan eksperimen ,guru  terus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir  tentang memadai atau tidaknya hipotesis solusi mereka serta kualitas informasi yang telah mereka kumpulkan. Siswa juga diharapkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan.
4.      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Hasil karya merupakan laporan tertulis yang memperlihatkan situasi masalah,pemecahan yang diusulkan ,model-model yang terdiri dari perwujudan  situasi masalah atau solusinya . Kecanggihan hasil karya tertentu terkait dengan usia kemampuan siswa. Setelah hasil karya dikembangkan,guru dapat mengatur pameran untuk memperagakan karya siswa di depan umum. Pameran  adalah salah satu sarana memperagakan karya  mereka untuk dilihat dan dinilai orang lain. Saat itu ide-ide saling dipertukarkan.
5.      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Dalam fase ini guru meminta siswa merekontruksi cara berfikir dan kegiatan mereka selama berlangsungnya berbagai fase pelajaran itu. Guru melakukan tanya jawab atau guru melakukan tes kecil untuk evaluasi hasil atau kemampuan untuk mengetahui sejauh mana siswa itu memahami dan berperan aktif dalam penyelesaian masalah.
D. Pengelolaan lingkungan belajar
1.        Menangani situasi-situasi multitugas
         Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru lebih menekankan pada pemberian  tugas baik itu individu maupun kelompok. Dalam tugas kelompok siswa dapat diharapkan aktif dan mampu bekerja sama serta bertukar  ide atau informasi dalam kelompok tersebut. Peran guru disini adalah memonitori setiap kegiatan siswanya.
2.        Mengelola alat dan bahan.
2.5    Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
a.      Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkam kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari.Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya (Blanchard, dalam Suryanti, 2008).Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret ( terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.
Sejauh ini, pembelajaran masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta untuk dihapal. Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian, inti dari pendekatan CTL ( Contextual Teaching and Learning ) adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata.Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu adanya pemahaman.
a.        Komponen – komponen model pembelajaran CTL
CTL sebagai suatu model pembelajaran memiliki tujuh komponen. Komponen-komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Selanjutnya ketujuh komponen ini akan dijelaskan dibawah ini.
1.    Konstuktivisme (Contructivism)
       Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan CTL , yakni proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman. Menurut  konstruktivisme, pengalaman itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide – ide. Atas dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
2.      Menemukan (Inkuiri)
Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.Siklus inkuiri meliputi : observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hypothesis), pengumpulan data, dan penyimpulan.
3.    Bertanya (Questioning)
Dalam proses pembelajaran CTL, guru tidak hanya menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing siswa agar dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab dalam pertanyaan – pertanyaan guru dapat  membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukam setiap materi yang dipelajarinya. . Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam CTL.Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
4.    Masyarakat belajar( Learning Community )
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Dalam CTL, penerapan masyarakat belajar  dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok – kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya.
5.    Pemodelan ( Modelling )
Yang dimaksud dengan pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa( Wina Sanjaya, 2008: 121 ). Pemodelan merupakan komponen yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari pmbelajaran yang teoritis –abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. Model tidak hanya dapat dicontohkan oleh guru, namun bisa juga melibatkan siswa , seperti halnya guru menunjuk seorang siswa untuk memberi contoh temannya dalam menggunakan suatu alat dan memperagakannya.
6.    Refleksi (Reflection)
          Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa – apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
7.    Penilaian nyata ( Authentic Assesment )
          Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Penilaian nyata ( Authentic Assesment ) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk  mengetahui apakah siswa benar – benar belajar atau tidak, dan apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
C. Karakteristik pembelajaran kontekstual
Menurut Johnson (2002 : 24), ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, seperti berikut :
1.    Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections).
Dalam pembelajaran ini seharusnya siswa dapat mengatur dirinya sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
2.    Melakukan kegiatan – kegiatan yang signifikan (doing significant work).
Dalam pembelajaran ini siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
3.    Bekerja sama (collaborating).
Dalam pembelajaran ini siswa dapat menggunakan tigkat berfikir yang lebih secara kritis dapat menganalisis, membuat sintetis, memecahjan masalah, membuat keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
4.    Belajar yang diatur sendiri (self regulating learning).
Dalam pembelajaran ini siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan dan ada produk/hasilnya yang sifatnya nyata.
5.      Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking).
Dalam pembelajaran ini siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
6.    Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual).
Siswa memelihara pribadinya yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki    harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa, siswa menghormati temannya
7.  Mencapai standar yang tinngi (reaching high standards).
Dalam pembelajaran ini siwa mengenal standar yang tinggi, mengidentifikasi tujuan dan motivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “excellence”.

8. Menggunakan penilain autentik (using authentic assesment).
Dalam pembelajaran ini siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.Misalnya siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari dalam pelajaran sains, kesehatan, pendidikan, maatematika, dan pelajaran bahasa Inggris dengan mendesain sebuah mobil, merencanakan menu sekolah atau membuat penyajian perihal emosi manusia.
D. Prinsip pembelajaran kontekstual
1.      Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental (developmentally  Appropriate) siswa.
Hubungan antara isi kurikulum dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus didasarkan kepada kondisi sosial, emosional dan perkembangan intelektual siswa. Jadi, usia siswa dan karakteristik individual lainnya serta kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi perhatian di dalam merencanakan pembelajaran. Contohnya, apa yang telah dipelajari dan dilakukan oleh siswa SLTP tentunya berbeda dengan apa yang dipelajari dan dikerjakan oleh siswa SMU (Kilmer, 2001:9).
2.      Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (Independent Learning Group).
Siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-kelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas). Kempuan itu merupakan bentuk kerja sama yang diperlukan oleh orang dewasa di tempat kerja dan konteks lain. Jadi, siswa diharapkan untuk berperan aktif.
3.      Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (Selfregulated Learning).
Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri memiliki tiga karakteristik umum, yaitu kesadaran berfikir penggunaan strategi dan motivasi yang berkelanjutan.
Berdasarkan penelitian, siswa usia 5-16 tahun secara bertahap mengalami perkembangan kesadaran terhadap: (i) keadaan pengetahuan yang dimilikinya, (ii) karakteristik tugas-tugas yang mempengaruhi pembelejarannya secara individual, dan (iii) strategi belajarnya ( Brown, Bransford, Ferrara dan Campione, 1993: Flavell, 1978 dalam Paris dan Winogard, 1998).
4.      Mempertimbangkan keragaman siswa (Diversity of Students).
Di kelas guru harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya latar belakang suku bangsa, status sosial-ekonomi, bahasa utama yang dipakai di rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki.Dengan demikian, diharapkan guru dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
5.      Memperhatikan multi - intelegensi (Multiple Intellegences).
Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, maka cara siswa berpartisipasi di dalam kelas harus memperhatikan kebutuhan dan delapan orientasi pembelajarannya (spasi-verbal, linguistic-verbal, inter-presonal, musical-ritmik, naturalis, badan-kinestetika, intrapersonal dan logismatematis) (Gardner, 1993).
6.      Menggunakan teknik - teknik bertanya (Questioning).
Untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berfikir tingkat tinggi.Agar pembelajaran kontekstual mencapai tujuannya, maka jenis dan tingkat pertanyaan yang tepat harus diungkapkan/ditanyakan. Pertanyaan harus secara hati-hati direncanakan untuk menghasilkan tingkat berfikir, tanggapan, dan tindakan yang diperlukan siswa dan seluruh peserta di dalam proses pembelajaran kontekstual (Frazee, 2001)

7.      Menerapkan penilaian autentik (Authentic Assesment).
Penilaian autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berfikir kompleks seorang siswa, dari pada hanya sekedar hafalan informasi aktual. Kondisi alamiah pembelajaran kontekstual memerlukan penilaian interdisiplin yang dapat mengukur pengetahuan dan keterampilan lebih dalam dan dengan cara yang bervariasi dibandingkan dengan penilaian.
2.6 MODEL PEMBELAJARAN TERPADU di SD
A.    Pengertian Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Pembelajaran terpadu lebih menekankan pada keteribatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dalam pembuatan keputusan.
B.     Ciri – Ciri Pembelajaran Terpadu
1.      Pembelajaran berpusat pada anak
Pembelajaran terpadu memberikan keleluasan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat  mencari, menggali, dan menemukan sendiri konsep serta prinsip – prinsip materi pelajaran sesuai dengan kemampuan masing – masing.
2.      Menekankan Pembentukan Pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai aspek yang mengakibatkan pembelajarn lebih bermakna sehingga siswa dapat menerapkan hasilnya pada pemecahan – pemecahan masalah yang ada di kehidupan sehari – hari.
3.      Belajar Melalui Pengalaman Langsung
Pada proses pembelajaran siswa melakukan kegiatan secara langsung, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan  informasi dari gurunya melainkan siswa  dapat mengetahui sesuatu melalui fakta dari hasil kegiatan yang mereka lakukan. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dn pembimbing.
4.      Mementingkan Proses Daripada Hasil
Pembelajaran terpadu melibtkan siswa mulai dari perncanaan, pelaksanaan sampai evaluasi.Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat minat dan kemampuan siswa sehingga dapat memotifasi siswa untuk belajar terus menerus.
5.      Sarat dengan Muatan Keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan pada pengamatan dan pengkajian suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, sehingga siswa dapat memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi.
C.     Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
1.      Tahap perencanaan pembelajaran terpadu
a.       Pemilihan tema dan unit - unit tema
Pemilihan tema bisa dari guru ataupun dari siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan kemudian siswa yang menentukan unit temanya. Tema dipilih berdasarkan minat, pengalaman, isu – isu atau buku – buku.
b.      Langkah Perencanaan Aktifitas
Langkah perncanaan aktifitasmeliputi : peilihan sumber, pemilihan aktifitas dn perencanaan evaluasi. Evaluasi meliputi:
1.      Sasaran evaluasai berupa proses dn hasil belajar
2.      Aspek yang di evaluasi meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3.      Tehnik – tehnik evaluasi:
Ø  Mengamati hasil belajar siswa dengan menggunakan daftar skala penilaian  
Ø  Wawancara guru dengan siswa
Ø  Tes prestasi belajar
c.       Kontrak belajar
Memberikan arah dan isi aktifitas siswa yang merupakan kesepakatan antara guru dan siswa.
2.      Tahap Pelaksanaan dan Evaluasi
a.       Aktifitas Siswa
Aktifitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelomp[ok maupun individual, membaca narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen, penyusunan informasi.
b.      Kulminasi ( sharing )
Dalam bentuk penilaian proses yaitu penyajian laporan, diskusi, unjuk kerja, pameran, evaluasi.
D.    Model – Model Pembalajaran Terpadu
Menurut Forgarty (1991) ada 10 model pembelajaran terpadu, tetapi hanya ada 3 model yang digunakan pada kurikulum PGSD yaitu Connected model, Webbed model, Integrated model.
1.      Model Hubungan  / Terkait (Connected model )
Pada model ini guru menyajikan pelajaran dengan menghubungkan satu topik dengan topik lain, suatu konsep dengan konsep lain. Keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasa lain dalam satu mata pelajaran.
Tahap – Tahap Model Hubungan / Terkait (Connected model )
1.      Tahap Perencanaan
Dalam hal ini guru dapat meminta siswa untuk memberikan usulan dengan cara curah pendapat memilih sub – sub tema yang akan dipilih dan guru mengarahkannya, bisa juga guru langsung menentukan tema / sub temayang disesuaikan dengan materi.
Aktifitas kegiatan dapat dilakukan sebagai berikut :
1)      Kegiatan 1
Dalam pembelajaran ini untuk mengenalkan bilangan yang meliputi ribuan, ratusan, dan satuan.Dapat menggunakan pensil.
Ribuan             Ratusan           Puluhan           Satuan

Kantong nilai tempat
Tempat ribuan
Tempat ratusan
Tempat puluhan
Tempat satuan
Bilangan tersebut adalah  2221
Siswa diberikan contoh – contoh dan latihan – latihan agar siswa terampi menulis dan membaca bilangan dan dilanjutkan menjumlah dan mengurangkan bilangan.Contoh :
1000 + 2000 = 3000 ; 2000 + 2000 = 4000 ; 1500 + 2500 = 4000
2)      Kegiatan 2
Pada kegiatan ini guru mengenalkan berbagai uang serta manfaat dari uang untuk jual beli. Media yang disiapkan adalah model peraga mata uang

Pada tahap ini siswa diperkenalkan juga nilai tukar mata uang, missal
              
3)      Kegiatan 3
Pada kegiatan ini guru mengenalkan pengukuran berat dengan menimbang barang yang beratnya 5kg, 4 kg ,3 kg, 2kg,  kg, 1 ons, 2 0ns, 3 ons. Selanjutnya mengaitkan antar satuan seperti 1kg = 10 ons, 5kg = 50 ons, setelah itu menjumlahkan barang – barang  yang di timbang seperti 1 kg + 2 kg + 3kg = 6kg
1 ons + 2 ons + 2 ons = 5 ons
2.      Tahap Pelaksanaan
a.       Media yang di gunakan dalam pembelajaran
Ø  Timbangan                       
Ø  Barang sehari – hari yang dapat ditimbang seperti gula dan beras
Ø  Model peraga uang
Ø   
b.      Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam pembelajaran ini siswa dapat bermain peran, dalam bermain peran siswa seakan – akan bermain tetapi siswa juga berfikir dan bertindak.
1). Siswa di bagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. 2 siswa sebagai penjual, 3 siwa sebagai pembeli.Selanjutnya yang menjadi penjual dan pembeli bergantian.
2). Setiap siswa yang bertugas menjadi pembeli di beri uang misalkan Rp10000 untuk membeli barang yang mereka inginkan, begitu juga dengan penjual di beri modal uang dan barang – barang.Setelah selesai siswa diberi tugas Penyajian laporan secara individu dari pengalaman siswa saat menjadi pembeli ataupun penjual maupun tes tertulis setelah pembelajaran selesai seperti operasi penjumlahan atau pengurangan bilangan, uang dan satuan berat.
c.  Penilaian
Guru secara terus menerus melakukan pengamatan dan penilaian baik secara individu maupun kelompok. Aspek – aspek yang dinilai: partipasi siswa dalam kerja kelompok, kekompakan kelompok, produktivitas kelompok, toleransi dan sikap, penggunaan bahasa dan komunikasi.

2.         Model Jaring Laba – laba / Model Terjala ( Webbed Model )
Pada model pembelajaran ini guru menyajikan tema dan sub tema yang telah di sepakati dan dihubungkan demgan antar mata pelajaran.Sehingga siswa memperoleh pandangan yang utuh mengenai hubungann tentang kegiatan dari mata pelajaran lain .
1.      Tahap perencanaan
Pada pembelajaran ini tema dapat di tentukan oleh guru dengan melihat keterkaitan – keterkaitan materi, misalkan tema yang dipilih adalah uang.
a). Susunan Materi
☻Sejarah dan manfaat uang
Pada zaman primitive dulu uang belum mereka kenal, untuk kebutuhan sehari – hari mereka menukar barang yang ia miliki dengan barang lain atau sering disebut barter. Pada perkembangan berikutnya diciptakan alat tukar seperti perak, emas.Alat tukar inilah cikal bakal dari uang logam sekarang.
☻Bentuk dan bahan pembuatan uang
Ø Uang kertas berbentuk persegi panjang terbuat dari kertas
Ø Uang logam berbentuk bulat pipih dengan pinggiran bergerigi atau rata
☻Satuan nilai yang beredar di Indonesia dan asing
Satuan nilai yang beredar di Indonesia adalah rupah, mulai dari pecahan 25 sampai 50000 baik dari kertas atau logam di cetak oleh perum peruri, sedangkan 100.000 rupiah di cetak di Australia.
Satuan nilai yang beredar di beberapa Negara lainnnya seperti
Malaysia ( Ringgit) , Jepang  ( yen ), Arab Saudi (Real), Belanda ( Gulden )
☻Nilai tukar mata uang di Indonesia
  Contoh   
☻ Badan pengelola uang dan bentuk penyimpanannya
       Badan pengelola uang adalah bank baik bank swasta maupun bank Negara. Bentuk penyimpanyanannya berbentuk tabungan, bisa tabungan haji, perumahan.
b) Media yang dapat disiapkan
► model peraga mata uang
c).  Penilaian
Peniilaian proses dalam kelompok, karangan siswa
2) Tahap Pelaksanaan
a)    Kegiatan 1
Pada kegiatan ini meliputi materi tentang sejarah uang, kegunaan uang, nilai satuan yang beredar di beberapa Negara lain. Siswa secara aktif dapat dilibatkan untuk menceritakan kegunaan uang saku yang ia dapat.
b)    Kegiatan 2
Pada kegiatan ini guru dapat membentuk kelompok untuk mengamati ciri – ciri uang meliputi bentuk, bahan, gambar, tulisan – tulisan yang ada.Selain itu juga siswa dalam menentukan nilai tukar mata uang.
c)    Kegiatan 3
Pada kegiatan ini guru memberikan materi tentang badan pengelola uang yaitu bang baik bank Negara atau swasta. Strategi yang dapat digunakan disini adalah Tanya jawab, selain itun bila keadaan memungkinkan guru dapat mengajak siswa mengunjungi bank.
d)   Kegiatan 4
Pada kegiatan ini siswa menjukkan hasil laporan kegiatan siswa selama pembelajaran, Siswa yang memiliki laporan paling baik dapat di berikan hadiah kecil dari guru sebagai penghargaan atas pekerjaannya.

BAB III
PENUTUP

3.2  KESIMPULAN
Istilah model pembelajaran  dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi,  metode, dan teknik. Ada berbagai macam model – model pembelajaran inovatif yaitu model Kontekstual, Model Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Berdasarkan masalah, Model pembelajaran terpadu.Dengan model pembelajaran yang bervariatif dan inovatif, pembelajaran dalam kelas akan lebih efektif dan efisien.

3.3  KRITIK DAN SARAN
Kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah yang kami susun agar lebih baik lagi dan bermanfaat bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar