BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan
manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan dan tuntutan masyarakat moder. Salah satu ciri masyarakat modern
adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik.Hal ini tentu saja
menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang
melekat pada pendidikan diantaranya
adalah kurikulum, guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran keberadaan guru sangatlah urgen, karena guru yang
menentukan, apakah tujuan pembelajaran
tercapai atau tidak?, bagaimana kompetensi siswa?
Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan, namum pembelajaran dan pemahaman siswa di
tingkat dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah pada beberapa materi pelajaran
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.Pembelajaran di tingkat sekolah dasar
atau Madrasah Ibtidaiyah kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari
siswa.Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah, sehingga
konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu
kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir
siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang
digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola
belajar cenderung menghafal dan mekanistis (Direktorat PLP, 2002)
Menurut pendapat oleh Peter Sheal (1989) sesuai dengan “Kerucut Pengalaman Belajar” Dia
menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan
“penglihatan” dan “pendengaran” dalam proses pembelajarannya akan memperoleh
daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi
dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar
hasilnya belum seperti yang di harapkan.
Dampak lain dari proses
pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering menonton gurunya mengajar dari
pada memperhatikan
guru mengajar. Sehingga guru
yang “lucu” apalagi memberi nilai “murah” akan menjadi favorit para siswa.
Akankah hal seperti ini kita biarkan atau bahkan dipertahankan? Atau kita akan
mendobrak dengan langkah baru? Apa yang kita lakukan dalam menyikapi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu
akan menentukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita termasuk penganut status
quo atau menjadi agent of change? Guru yang ingin
terjadi adanya perubahan yang lebih baik, memang bukan sesuatu yang mudah untuk
dilakukan.
Mencermati hal tersebut di atas,
perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mind set kearah pencapaian tujuan
pendidikan pada umumnya dan khususnya tujuan pembelajaran. Pembelajaran
matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna
mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan
berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang direncanakan.
Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model
pembelajaran yang berguna dalam mencapai iklim
PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) adalah
tuntutan yang harus diupayakan oleh guru.
Keanekaragaman model pembelajaran
yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan upaya bagaimana menyediakan
berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak disampaikan agar
selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta
didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrsah Ibtidaiyah (MI). Ini berarti
tidak ada model pembelajaran yang paling baik, atau model pembelajaran yang
satu lebih baik dari model pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu model pembelajaran
atau pemilihan suatu model pembelajaran akan tergantung pada tujuan
pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan
peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua
sumber belajar yang ada.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian model pembelajaran?
2.
Bagaimana
penerapan pembelajaran langsung di SD?
3.
Bagaimana
penerapan pembelajaran kooperatif di SD?
4.
Bagaimana
penerapan pembelajaran berbasis Masalah di SD?
5.
Bagaimana
penerapan pembelajaran contextual teaching and learning di SD?
6.
Bagaimana
penerapan pembelajaran terpadu di SD?
1.3. TUJUAN
1.
Untuk memahami pengertian model pembelajaran.
2.
Untuk memahami model pembelajaran langsung di SD.
3.
Untuk memahami model pembelajaran kooperatif di SD.
4.
Untuk memahami model pembelajaran berbasis masalah di SD.
5.
Untuk
memahami model pembelajaran contextual teaching and learning di SD.
6.
Untuk
memahami model pembelajaran terpadu di SD.
BAB II
PEMBAHAASAN
2.1PENGERTIAN
MODEL PEMBELAJARAN
Winataputra dalam Sugiyanto (2008) mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran
dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model
pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru.Model pembelajaran juga merupakan
rangkaian satu kesatuan dari pendekatan, strategi, metode,teknik dan bahkan
taktik pembelajaran. Atau dengan kata lain bungkus atau bingkis dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
2.2MODEL PEMBELAJARAN
LANGSUNG
A. Pengertian Model
Pembelajaran Langsung
Model
pembelajaran langsung atau direct instruction model (DI) yaitu sebuah
pengajaran yang ditujukan untuk membantu siswa belajar pengetahuan dan
keterampilan dasar yang dapat diajarkan dengan cara langkah-demi-langkah.
Model ini
memiliki nama yang bermacam-macam. Kadang-kadang model ini dikenal sebagai
training model (Joyce & Well, 1996).Good, Grouws, dan Ebmeier (1983)
menyebutnya active teaching model.Hunter (1982) menyebut mastery teaching
model.Rosenshine dan Stephen (1986) menamakan pendekatan ini explisit
instruction. Buku ini dimulai dengan suatu tinjauan umum secara sistematik tentang model pengajaran
langsung, yang diikuti oleh bahasan dukungan teoretik dan empirik. Kemudian
memberi rincian konkret tentang bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi sebuah pelajaran model pengajaran langsung.
B. Tinjauan
Umum Model Pengajaran Langsung
Model
pembelajaran langsung merupakan suatu “keharusan” berada dalam koleksi model
yang seharusnya dimiliki oleh guru.Singkatnya, model pembelajaran langsung
dirancang untuk membelajarkan siswa tenteng pengetahuan yang terstruktur dengan
baik dan dapat diajarkan secara langkah-demi-langkah.Model tersebut dimaksudkan
untuk mengembangkan ktrampilan sosial dan berfikir tingkat tinggi. Model
pengajaran langsung merupakan sebuah model yang berpusat pada guru yang
memiliki lima langkah: mempersiapkan dan memotivasi siswa, menjelaskan dan
mendemonstrasikan, latihan terbimbing, umpan balik, dan latihan lanjutan.
Sebuah pelajaran model pengajaran langsung memerlukan persiapan yang seksama
dari guru dan sebuah lingkungan belajar yang berorientasi pada tugas.
Tiga
teori yang memberi rasional penggunaan model pengajaran langsung masa kini:
1. Teori
belajar perilaku
Teori-teori
pembelajaran perilaku telah memberi sumbangan berarti pada pengajaran
langsung.Teori tersebut disebut behaviorisme, karena pada teoritis dan peneliti
pada tradisi ini lebih tertarik mempelajari perilaku manusia yang dapat diamati
daripada hal-hal yang tidak dapat diamati, misalnya pemikiran manusia dan
kognisi. Teori behaviorisme yang penting bagi guru adalah karya B.F. Skinner
tentang operant conditioning dan ide-idenya bahywa manusia belajar dan
bertindak dengan cara spesifik sebagai sebuah hasil dari bagaimana perilaku
tertentu itu disemangati melalui penguatan.
2. Teori
pembelajaran sosial
Teori
pembelajaran sosial mengadakan perbedaan antara pembelajaran (cara pengetahuan
diperoleh) dan kinerja (perilaku yang dapat diamati). Teori ini menyatakan
bahwa banyak dari apa yang dipelajari manusia berasal dari pengamatannya
terhadap orang lain.tidak seperti kaum behaviorisme, para ahli teori
pembelajaran sosial percaya bahwa segala sesuatu dapat dipelajari bila seorang
pengamat secara sadar memperhatikan pada suatu perilaku (misalnya, menghidupkan
korek api) dan kemudian menempatkan pengamatan tersebut ke dalam memori
jangka-panjang. Pengamat akan tahu bagaimana menghidupkan korek api, tidak
peduli apakah ia melakukan perilaku itu atau tidak.
Prinsip-prinsip
pengajaran sosial diterjemahkan ke dalam perilakuy pengajaran seperti berikuyt:
a. Gunakan
strategi-strategi untuk membangkitkan perhatian siswa
b. Pastikan
bahwa pengamatan tersebut tidak terlalu kompleks
c. Kaitkan
keterampilan baru dengan pengetahuan awalm siswa
d. Gunakan
latihan untukn memastikan penyerapan jangka-panjang.
3. Penelitian
efektivitas guru
Penelitian
yang dilakukan oleh Stalling dan para koleganya menunjukkan pentingnya waktu
berasa dalam tugas atau time-on-task (Stalling & Kaskowitz, 1974).
Penelitian ini juga menyumbang dukungan teoritik untuk penggunaan model
pengajaran langsung.Penyelidikan ini menyelidiki sekolah-sekolah dasar dimana
guru menggunakan pendekatan yang beraneka ragam dalam mengajar.
C. Perencanaan
Model Pengajaran Langsung
Model pengajaran
langsung telah dirancang secara khusus untuk membelajarkan siswa tentang
pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk melaksanakan keterampilan kompleks
dan sederhana tentang pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan
dapat diajarkan langkah-demi-langkah.
Pengertian
deklaratif adalah pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sesuatu, sedangkan
pengertian prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Perencanaan untuk waktu dan ruang:
a.
Perencanaan waktu dan pengelolaan waktu sangat
penting untuk sebuah pelajaran model pengajaran langsung. Guru harus memastikan
bahwa waktunya cukup, bahwa waktu itu sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa
di dalam kelas tersebut, dan bahkan siswa termotivasi untuk tetap terlibat
sepanjang pelajaran.
b.
Perencanaan ruang dan pengelolaan ruang
juga sangat penting untuk suatu pelajaran pengajaran langsung. Kebanyakan guru
lebih menyukai menggunakan formasi meja baris dan kolom yang lebih
tradisional.formasi ini paling cocok untuk situasi-situasi di mana dibutuhkan
perhatian yang terfokus pada guru atau pada kelas. Sebuah alternatif untuk susunan baris dan
kolom tradisional adalah susunan meja berderet horisontal.
D.
Pelaksanaan Pelajaran Model Pengajaran
Langsung
Lima fase model pengajaran langsung itu diikhtisarkan
seperti di bawah ini:
·
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
Idak
memandang modal pengajaran yang
digunakan, guru yang baik mengawali pelajaran mereka dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran mereka, versi singkat tujuan tersebut seharusnya ditulis di papan
tulis atau di ketik dan dibagikan kepada siswa. Di samping itu, seharusnya
dikatakan kepada siswa apa tujuan pembelajaran hari ini berkaitan dengan tujuan
pembelajaran pertemuan terdahulu.
·
Melaksanakan
Demonstrasi
Model
pengajaran langsung berpijak kuat pada proporsi bahwa sebagian besar dari apa
yang dipelajari dan sebagian besar dari koleksi perilaku siwa berasal dari
mengamati perilaku orang lain. Teori pembelajaran sosial, khususnya mengandung
ide bahwa memperhatikan perilaku tertentu itulah siswa dapat belajar melakukan
perilaku tersebut dan mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi yang akan
diperoleh. Jadi, perilaku-perilaku orang lain, yang baik mupun yang buruk akan
menjadi panutan bagi siswa itu sendiri.
·
Memberi
Latihan Terbimbing
Akal
sehat mengatakan bahwa latihan membuat tugas menjadi sempurna. Sebuah langkah
penting dalam model pengajaran langsung adalah cara bagaimana guru menyikapi
latihan terbimbing. Untung bagi guru, sejumlah besar penemuan penelitian
sekarang tersedia petunjuk yang dapat memandu upaya-upaya melakukan pelatihan.
Sebagai misal kita mngetahui bahwa latihan aktif dapat meningkatkan daya serap,
membuat belajar lebih otomatis, dan memungkinkan siswa mentransferpembelajaran ke
situasi baru atau ke situasi yang penuh dengan tekanan. Prinsip-prinsip berikut
ini dapat memandu cara-cara guru memberi latihan.
Ø Memberi tugas latihan pendek dan bermakna
Ø Memberi latihan untuk meningkatkan pembelajaran lebih
Ø Menyadari keuntungan dan kerugian latihan blok dan terdistribusi
Ø Perhatian terhadap tahap awal latihan
·
Mengecek
pemahaman dan memberi umpan-balik
Pada
tahap ini guru mengajukan pertanyaan dan siswa memberi jawaban yang mereka
yakini benar.Guru dapat memberi upan balik seperti dengan pengetesan, atau
melalui komentar tertulis.
·
Asasmen dan evaluasi
Evaluasi
memfokus pada tes kinerja yang lebih mengukur perkembangan ketrampilan daripada
tes tertulis. Karena pembelajaran langsung sangat cocok digunakan untuk
mengajar keterampilan.
2.3 MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
A. Pengertian
pembelajaran kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru
setiap hari untuk membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari
ketrampilan-ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Dalam
model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut
beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah;
laki-laki dan perempuan; serta siswa dengan latar belakang yang berbeda antara
siswa yang satu dengan lainnya. Kelompok yang heterogen ini akan tinggal selama
beberapa minggu, sampai mereka dapat belajar bekerja sama dengan baik sebagai
sebuah tim.
Model pembelajaran kooperatif menciptakan
sebuah revolusi pembelajaran didalam kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang
sunyi selama proses pembelajaran. Sekarang kita tahu bahwa pembelajaran yang
terbaik tercapai ditengah-tengah percakapan di antara siswa. Sekarang ini
banyak guru-guru di seluruh dunia mengubah deretan tempat duduk siswa yang
telah mereka duduki sekian lama, dan dengan menciptakan suatu lingkungan kelas
baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain guna
menuntaskan bahan ajar akademiknya.
·
Ciri-ciri
pembelajaran kooperatif :
ü Anggota
tim terdiri dari heterogenitas siswa
ü Adanya
ketergantungan yang positif antara anggota tim
ü Pada
setiap anggota tim harus
memiliki tanggung jawab
ü Penghargaan tim
ü Setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk
berhasil
ü Berbagi kepemimpinan setiap anggota tim
ü Menekankan tugas dan kebersamaan antara anggota tim
ü Penghargaan tim yang diberikan kepada tim terbaik
B. Bentuk
Pembelajaran kooperatif
1. Student
Teams-Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal.
Komponen utama
dalam STAD :
·
Presentasi Kelas
Bahan
ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas.Presentasi ini
paling sering menggunakan pengajaran langsung atau lebih dikenal dengan
ceramah-diskusi yang dilkukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi
presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok.Pada kegiatan ini siswa
bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau mempelajarikonsep-konsep atas
upaya mereka sendirisebelum pengajaran guru.Presentasi kelas dalam STAD berbeda
dari pengajaran biasa hanya pada presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus
pada unit STAD tersebut. Dengan cara ini siswa menyadari bahwa mereka harus
sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu
akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik, dan skor kuis mereka
menentukan skor timnya.
·
Kerja Tim
Tim
tersusun antara empat sampai lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas dalam
kinerja akademik, jenis kelamin dan suku serta kemampuan siswa. Fungsi utama
tim adalah menyiapakan anggotanya agar berhasil dalam menghadapi kuis. Setelah
guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut harus berkumpul umtuk
mempelajari LKS atau bahan lain. LKS dapat diperoleh dari hasil penelitian dan
pengembangan sebuah pusat, lembaga, atau proyek yang telah punya LKS siap pakai
atau dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama
dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah
membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat
kesalahan.
Kerja
tim tersebut merupakan ciri terpentimg STAD. Pada setiap saat, penekanan
diberikan kepada anggota tim agar memberikan yang terbaik untuk timnya. Dan
pada tim sendiri agar melakukan yang
terbaik untuk membantu anggotanya. Tim tersebut menyediakan dukungan teman
sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran,
dan diantara anggota tim harus saling memberikan dukungan dan rasa hormat, hal
itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar, seperti
hubungan antar kelompok , harga diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan siswa.
·
Kuis
Setelah
satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua latihan tim, para
siswa tersebut dikenai kuis individual. Siswa tidak dibenarkan saling membantu
selama kuis itu berlangsung.Hal ini menjamin agar siswa secara individual
bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.
·
Skor perbaikan individu
Setiap
siswa dapat menyumbang maksimum kepada timnya dalam sistem penskoran, namun
tidak seorangpun siswa bisa melakukan hal seperti itu tanpa menunjukkan
perbaikan atas kinerja masa lalu.Setiap siswa diberikan skor dasar, yang
dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada kuis sebelumnya.Kemudian siswa
memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka
melampaui skor dasar mereka.
·
Penghargaan Tim
Tim
dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka
melampaui kriteria tertentu.
Persiapan
untuk menggunakan STAD :
·
Bahan
Ajar
STAD dapat diterapkan dengan menggunakan bahan ajar yang
khusus dirancang untuk pembelajaran tim siswa yang telah dikembangkan oleh
pusat penelitian dan pengembangan, lembaga, proyek atau bahan ajar yang dibuat
oleh guru itu sendiri.
·
Penempatan
Siswa dalam Tim
Sebuah tim dalam STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari
4-5 sesuai yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja yang lalu,
suku dan jenis kelamin. Siswa ditempatkan oleh guru pada sebuah tim
·
Penentuan
Skor Dasar Awal
Skor dasar mewakili skor rata-rata siswa pada kuis yang
lalu. Apabila anda memulai STAD setelah anda memberikan 3 kuis atau lebih,
gunakan kuis rata-rata sebagai skor dasar, apabila tidak memiliki skor kuis
seperti itu gunakan nilai final sisa dari tahun yang lalu.
·
Mengajar
Setiap pelajaran pada STAD selalu di mulai dengan presentasi
kelas. Presentasi dalam kelas iu sebaiknya meliputi pdahuluan, inti yang dapat
berisi komponen presentasi bahan dan latihan terbimbing dari keseluruhan
plajaran, sedang kegiatan tim dan kuis mencakup latihan bebas dan assement.
Dalam pelajaran itu diberikan penekanan dalam hal berikut ini: pendahuluan, katakan kepada siswa apa
yang akan di pelajai nya dan mengapa hal itu penting, bangkitkan keinginan
siswa dengan demonstrasi yang menggundang pertanyaan, masalah kehidupan
sehari-hari yang nyata, dan dengan cara-cara yang lain. Preentasi, upayakan tidak akan menyimpang dari hal yang akan di
ujikan. Fokus pada makna, bukan pada hafalan. Latihan tebimbing, mintalah
kepada seluruh siswa mengerjakan soal atau contoh-contoh soal atau membahas
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan guru.
·
Beljar
Tim
Siswa memiliki LKS dan kunci LKS yang dapat mereka
gunakan untuk latihan ketrampilan yang sedang dipelajari dan untuk mengakses
dirinya sendiri dan teman-teman sesama tim, hanya ua kopi LKS dan kunci LKS
diberikan kepada setiap tim, untuk memaksa teman sesama tim bekerja sama namun
jika beberapa siswa bekerja sendiri dan meminta kopi untuk didi sndiri guru
dapat menyediakan LKS cadangan. Ingatkan siswa bahwa jika mreka memiliki
pertanyaan, mreka harus bertanya dahulu kepada anggota ssama tim sebelum
bertanya kepada guru. Sementara siswa yang bekerja dalam tim, diharapkan guru
berkeliling keseluruh penjuru kelas, memberikan pujian kepada tim yang bekerja
baik, duduk bersama tim untuk mendengarkan bagaimana mereka berdiskusi.
·
Kuis
Bagilah kuis tersebut dan beri siswa cukup waktu untuk
menyelesaikannya. Jangan memperbolehkan sisa bekerja sama dalam setiap kuis.
Pada saat ini siswa harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar secara
individu, mintalah siswa menggese meja-meja mereka agar saling bejauhan. Jangan
memperbolehkan sisw bertukar lembar jawaban dengan anggota tim yang lain., atau
mengumpulkn lembar keja teman.
·
Penghargaan
Tim
Segera mungkin setelah kuis terlaksana, guru seharusnya
mengumumkan perbaikan individual dan skor tim, dan menghadiahkan sertifikat
atau penghargaan pada timyang memperoleh skor tinggi. Poin perbaikan, siswa
mendapat poin untuk tim mereka berdasarkan seberapa besar skor kuis mereka
melampaui skor dasar mereka, dan poin itu dihitung dengan cara seperti berikut.
KRITERIA POIN PERBAIKAN
Apabila
suatu skor kuis adalah....
|
Seorang siswa
mendapat....
|
Memperoleh nilai
sempurna tidak memandang berapapun skor dasar
Lebih dari
sepuluh poin di atas skor dasar
Skor dasar
sampai sepuluh poin di atas skor dasar
Sepuluh poin
di bawah sampai satu poin di bawah skor dasar
Lebih dari
sepuluh poin di bawah skor perbaikan
|
30 poin
perbaikan
30 poin
perbaikan
20 poin
perbaikan
10 poin
perbaikan
0 poin dasar
|
2. Model
Pembelajaran Jigsaw II
Model pembelajaran ini
di cocok digunakan apabila bahan yang dipelajari berbentuk teks naratif
tertulis. Jigsaw II paling cocok diterapakan pada mata pelajaran ilmu-ilmu
sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan bidang studi lain yang tujuan
pelajarannya lebih menekankan pada konsep dari pada ketrampilan. Bahan ajar
jigsaw II biasanya merupakan sebuah bab, cerita, biografi, dan bahan deskripsi
lainnya.
Tinjauan Umum Jigsaw II
Jigsaw
II dapat digunakan apabila bahan yang dipelajari berbentuk naratif tertulis. Jigsaw
II paling cocok diterapkan pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, sastra,
beberapa bagian sains, dan bidang studi lain yang tujuan pelajarannya lebih
menekankan pada konsep dari pada ketrampilan. Bahan ajar untuk Jigsaw II
biasanya merupakan sebuah bab, crita, biografi, dan bahan diskriptif lainnya.
Dalam
Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim-tim heterogen seperti pada STAD. Siswa
ditugasi mempelajari bab atau bahan-bahan lain untuk dibaca, dan diberikan:
lembar ahli yang berisikan topik yang berbeda. Untuk setiap anggota tim agar
pada saat membaca memfokus pada topik tersebut. Apabila setiap orang telah
selesai membaca, siswa dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu dalam
sebuah kelompok ahli untuk membahas topik mereka selama kurang lebih 30 menit.
Para ahli ini kemudian kembali pada tim mereka. Dan secara bergantian mengajar
teman sat tim nya tentang topik-topik keahlian mereka. Akhirnya siswa diberi
kuis tentang seluruh topik, dan skor uis tersebut menjadi skor tim. Skor-skor
yang disumbangkan oleh siswa pada tim mereka didasarkan pada sistem skor dan
perbaikan individual, dan siswa pada tim degan skor tinggi dapat diberi
sertifikat atau nama-nama mereka di umumkan pada papan buletin atau dimuat pada
lembar berita kelas. Dengan cara ini diharapkan siswa termotivasi untuk belajar
bahan ajar tersebut dengan baik. Kunci keberhasilan Jigsaw adalah saling
ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota timnya untuk
mendapat informasi yang dibutuhkannya agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Persiapan untuk menggunakan Jigsaw II
ü
Persiapan Bahan Ajar
ü
Menempatkan siswa dalam tim atau
kelompok
ü
Mengelompokkan siswa dalam tim atau
kelompok ahli
ü
Penentuan skor dasar awal
ü
Diskusi tim atau kelompok ahli
ü
Laporan tim atau kelompok
ü
Tes atau kuis
ü
Penghargaan tim atau kelompok
·
Sintaks model Jigsaw II
1) Guru
membagi bahan ajar menjadi 4 bagian.
2) Guru
memberikan pengantar, penjelasan dan pengenalan terhadap materi ajar.
3) Siswa
dibentuk menjadi kelompok berempat.
4) Bagian
pertama bahan ajar diberikan siswa pertama dan seterusnya.
5) Setiap
anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi yang diterimanya.
6) Anggota
kelompok yang memperoleh materi yang sama dengan kelompok lain berkumpul dalam
tim ahli untuk mendiskusikan materi yang diterimanya.
7) Setelah
selesai berdiskusi, setiap tim ahli kembali ke kelompoknya dan bertanggung
jawan menjelaskan hasil kerjanya kepada anggota kelompoknya yang lain.
8) Masing-masing
kelompok membuat kesimpulan atau laporan kelompok.
9) Pada
pertemuan dan diskusi kelompok asal siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
10) Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
2.4 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
A. Pengertian model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut bruner yaitu “pembelajaran
berdasarkan kegiatan yang memberi kesempatan kepada siswa menggunakan
pengalaman-pengalaman dan pengamatan-pengamatan langsung mereka untuk
mendapatkan informasi dan memecahkan masalah-masalah ilmiah. Buku teks sering
ditinggalkan dan digantikan dengan manual labolatorium.Bruner mendiskripsikan scaffolding sebagai proses pada saat
siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kemampuan perkembangan
siswa itu melalui bantuan (scaffolding) guru atau orang yang lebih menguasai
masalah itu.ia percaya bahwa interaksi sosial di dalam dan di luar sekolah
menyumbang banyak perolehan bahasa siswa dan perilaku-perilaku pemecahan
masalah.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah
pembelajaran yang menumbuhkan dan mengembangkan berpikir tingkat tinggi dalam
situasi-situasi berorientasi masalah,mencakup belajar bagaimana belajar
(learning how to learn).Pembelajaran berdasarkan masalah berusaha keras
membantu siswa menjadi mandiri dan siswa mampu mengatur diirinya sendiri. Dalam
pemberlajaran berbasis masalah guru
secara terus- menerus membimbing
dengan cara mendorong siswa mengajukan pertanyaan dan memberi penghargaan untuk
pertanyaan yang mereka ajukan. Dengan mendorong siswa mencari solusi terhadap
masalah nyata yang dirumuskan sendiri siswa belajar menangani tugas-tugas
pencarian solusi ini secara mandiri.
B. Ciri khas pembelajaran berbasis
masalah:
1) Mengajukan
pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berbasis
masalah lebih menekankan pada mengorganisasikan
pembelajaran disekitar pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang penting
secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa . Pelajaran itu pada
situasi kehidupan nyata ,menghindari jawaban sederhana ,dan memperbolehkan
adanya keragaman solusi yang kompetetif beserta argumentasinya.
2) Kolaborasi
Seperti pembelajaran
kooperatif ,pembelajaran berbasis masalah juga ditandai oleh siswa yang
berkerja sama dengan siswa lain. Sering kali dalam pasangan-pasangan atau
kelompok-kelompok kecil berkerja sama dapat mendatangkan motivasi dan
memperkaya kesempatan berbagi inkuiri dan dialog.
3) Penyelidikan
otentik
Pembelajaran berbasis
masalah menghendaki para siswa menggeluti penyelidikan otentik dan berusaha
memperoleh pemecahan-pemecahan nyata .Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah itu. Mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi
,mengumpulkan dan menganalisis informasi ,membuat inferensi dan kesimpulan.
C. Situasi masalah yang baik dalam pembelajaran
berdasarkan masalah yaitu
Ø Masalah
itu seharusnya otentik berakar pada pengalamaan dunia nyata siswa daripada prinsip-prinsip disiplin akademik tertentu.
Ø Masalah
itu seharusnya terdefinisi secara agak longgar atau tidak ketat dan
menghadapkan pada nuansa misteri dan teka-teki masalah yang akan menimbulkan
rasa penasaran pada siswa dan termotivasi untuk memecahkan masalah tersebut.
Ø Masalah
itu seharusnya bermakana bagi siswa dan pas untuk tingkat perkembangan
intelektual siswa.
Ø
Masalah-masalah seharusnya cukup luas
sehingga memungkinkan guru menuntaskan tujuan-tujuan pembelajaran mereka,namun
cukup terbatas waktu ,ruang,dan sumber daya.
C. Sintaks
pembelajaran berdasarkan masalah:
1. Orientasi
siswa kepada masalah
Pada
permulaan pembelajaran berdasarkan
masalah,sama semua seperti pelajaran yang lain guru seharusnyaa
mengkomunikasikan secara jelas tujuan-tujuan pembelajaran ,menumbuhkan sikap positif
terhadap pelajaran itu dan mendiskripsikan apa yang di harapkan dilakukan siswa
selama pelajaran . Konsep ini lebih menjelaskan sebagai pelajaran yang meminta
mereka untuk mencari tahu atau mencari jawabannya sendiri sebagai sesuatu yang
ingin diketahui atau dipelajari.Masalah yang disajikan membutuhkan jawaban yang
kompleks dan banyak solusi dan kadang-kadang saling bertentangan. Fase ini
siswa akan didorong untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan berupaya untuk
mendapatkan informasi. Ide penting dalam mempersian penyelidikan pada fase
berikutnya sehingga dalam mempresentasikannya harus dapat membangkitkan rasa
ingin tahu dan merangsang keinginan belajar siswa.
2. Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Pembelajaran
berdasarkan masalah menghendaki pengembangan ketrampilan-ketrampilan kolaborasi
antar siswa dan guru membantu siswa secara bersama-sama menyelidiki masalah
serta guru juga menyiapkan fasilitas yang mungkin digunakan siswa sebagai
sarana untuk penyelesaian masalah.Mengorganisasikan siswa maksudnya membuat
atau mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.Dalam pengelompokan
ini guru harus bersifat adil tanpa perbedaan baik dalam jenis kelamin maupun
tingkat kemampuan masing-masing siswa. Agar terjadi proses pertukaran informasi
antar siswa baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Setelah pembentukan
kelompok –kelompok belajar guru
memberikan tema atau topik . Kemudian siswa memunculkan masalah dari
tema tersebut yang kemudian akan diangkat sebagai pokok permasalahan. Kelompok belajar tersebut
berubah peran menjadi kelompok penyelidikan .Kemudian masing-masing anggota
mencari subtopik-subtopik spesifik dari masalah sehingga masing-masing siswa
memiliki tugas individu tetapi dalam satu kelompok agar semua siswa aktif.Dan
tugas guru adalah membantu siswa mencocokan kegiatan penyelidikan dengan jadual
kegiatan.
3. Membantu
penyelidikan individual maupun kelompok
Penyelidikan baik yang dilakukan
individu,berpasangan maupun kelompok merupakan inti dari pembelajaran
berdasarkan masalah. Guru sangat berperan dalam hal ini guru harus memantau dan
membantu kesulitan atau hambatan yang di alami siswa saat proses pemecahan
masalah. Hal-hal yang dilakukan siswa saat penyelidikan adalah sebagai berikut:
·
Tahap pengumpulan data dan eksperimen
Pada
tahap ini merupakan langkah bagi guru untuk mendorong siswa mengumpulkan data
dengan melaksanakan pengamatan sampai siswa sepenuhnya memahami dimensi-dimensi
suatu masalah.Tujuannya agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk
menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
·
Perumusan hipotesis
Pada
tahap ini siswa menemukan kesimpulan baru
melalui sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui
analisis inilah siswa diharapkan mampu menentukan berbagai kemungkinan atau ide
untuk penyelesaian masalah.Setelah muncul hipotesis maka dilanjutkan dengan
pengumpilan data.
·
Pengumpulan data
Pada
tahap ini siswa harus berfikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi
proses ini berdasarkan pengalaman.Siswa didorong untuk mengumpulkan data yang
relevan. Untuk kemudian diuji kebenarannya.
·
Menguji hipotesis dan memberikan solusi
Ketika berlangsung fasi pengumpulan data dan
eksperimen ,guru terus mengajukan
pertanyaan yang membuat siswa berfikir
tentang memadai atau tidaknya hipotesis solusi mereka serta kualitas
informasi yang telah mereka kumpulkan. Siswa juga diharapkan untuk mengambil
kesimpulan dan keputusan.
4. Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Hasil
karya merupakan laporan tertulis yang memperlihatkan situasi masalah,pemecahan
yang diusulkan ,model-model yang terdiri dari perwujudan situasi masalah atau solusinya . Kecanggihan
hasil karya tertentu terkait dengan usia kemampuan siswa. Setelah hasil karya
dikembangkan,guru dapat mengatur pameran untuk memperagakan karya siswa di
depan umum. Pameran adalah salah satu
sarana memperagakan karya mereka untuk
dilihat dan dinilai orang lain. Saat itu ide-ide saling dipertukarkan.
5. Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Dalam
fase ini guru meminta siswa merekontruksi cara berfikir dan kegiatan mereka
selama berlangsungnya berbagai fase pelajaran itu. Guru melakukan tanya jawab
atau guru melakukan tes kecil untuk evaluasi hasil atau kemampuan untuk
mengetahui sejauh mana siswa itu memahami dan berperan aktif dalam penyelesaian
masalah.
D. Pengelolaan lingkungan belajar
1.
Menangani situasi-situasi multitugas
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah
guru lebih menekankan pada pemberian
tugas baik itu individu maupun kelompok. Dalam tugas kelompok siswa
dapat diharapkan aktif dan mampu bekerja sama serta bertukar ide atau informasi dalam kelompok tersebut.
Peran guru disini adalah memonitori setiap kegiatan siswanya.
2.
Mengelola alat dan bahan.
2.5 Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkam kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari.Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman
sesungguhnya (Blanchard, dalam Suryanti, 2008).Pembelajaran kontekstual
sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar
siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih
bersifat konkret ( terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan
aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.
Sejauh ini, pembelajaran masih
didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai fakta untuk dihapal.
Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan
pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman
belajar yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian, inti
dari pendekatan CTL ( Contextual Teaching and Learning ) adalah keterkaitan
setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata.Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar
tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu adanya pemahaman.
a.
Komponen
– komponen model pembelajaran CTL
CTL sebagai
suatu model pembelajaran memiliki tujuh komponen. Komponen-komponen ini yang
melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.
Selanjutnya ketujuh komponen ini akan dijelaskan dibawah ini.
1.
Konstuktivisme (Contructivism)
Konstruktivisme
merupakan landasan berpikir pendekatan CTL , yakni proses membangun atau
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut konstruktivisme, pengalaman itu
memang berasal dari luar, akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri
seseorang. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide – ide. Atas dasar itu,
pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima
pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
2.
Menemukan (Inkuiri)
Inkuiri artinya proses
pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan sejumlah
fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan
sendiri.Siklus inkuiri meliputi : observasi, bertanya, mengajukan dugaan
(hypothesis), pengumpulan data, dan penyimpulan.
3. Bertanya
(Questioning)
Dalam proses
pembelajaran CTL, guru tidak hanya menyampaikan informasi begitu saja, akan
tetapi memancing siswa agar dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya
sangat penting, sebab dalam pertanyaan – pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk
menemukam setiap materi yang dipelajarinya. . Oleh karena itu, bertanya
merupakan strategi utama dalam CTL.Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus
difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan dalam
menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan
produktivitas pembelajaran.
4.
Masyarakat belajar( Learning
Community )
Maksud dari masyarakat belajar
adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber
belajar dari teman-teman belajarnya. Dalam CTL, penerapan masyarakat
belajar dapat dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok –
kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari kemampuan belajar
dan kecepatan belajarnya.
5. Pemodelan
( Modelling )
Yang dimaksud dengan pemodelan
adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh setiap siswa( Wina Sanjaya, 2008: 121 ). Pemodelan merupakan
komponen yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui pemodelan
siswa dapat terhindar dari pmbelajaran yang teoritis –abstrak yang dapat
memungkinkan terjadinya verbalisme. Model tidak hanya dapat dicontohkan oleh
guru, namun bisa juga melibatkan siswa , seperti halnya guru menunjuk seorang
siswa untuk memberi contoh temannya dalam menggunakan suatu alat dan
memperagakannya.
6. Refleksi
(Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa – apa yang sudah kita lakukan
di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau
pengetahuan yang baru diterima. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk
merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Melalui refleksi
pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada
akhirnya menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
7.
Penilaian nyata ( Authentic Assesment )
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan
informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman
belajar siswa. Penilaian nyata ( Authentic Assesment ) adalah
proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar – benar belajar
atau tidak, dan apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh yang
positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
C. Karakteristik pembelajaran kontekstual
Menurut Johnson (2002 : 24), ada delapan komponen
utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, seperti berikut :
1. Melakukan
hubungan yang bermakna (making meaningful connections).
Dalam pembelajaran ini seharusnya siswa dapat mengatur dirinya sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
Dalam pembelajaran ini seharusnya siswa dapat mengatur dirinya sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
2. Melakukan
kegiatan – kegiatan yang signifikan (doing significant work).
Dalam pembelajaran ini
siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada
dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
3. Bekerja
sama (collaborating).
Dalam pembelajaran ini siswa dapat
menggunakan tigkat berfikir yang lebih secara kritis dapat menganalisis,
membuat sintetis, memecahjan masalah, membuat keputusan dan menggunakan logika
dan bukti-bukti.
4.
Belajar yang diatur sendiri (self
regulating learning).
Dalam pembelajaran ini
siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan
orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan dan ada produk/hasilnya
yang sifatnya nyata.
5. Berpikir
kritis dan kreatif (critical and creative thinking).
Dalam pembelajaran ini siswa dapat
menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif dapat
menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan dan menggunakan
logika dan bukti-bukti.
6.
Mengasuh atau memelihara pribadi siswa
(nurturing the individual).
Siswa memelihara
pribadinya yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan
yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.Siswa tidak dapat berhasil
tanpa dukungan orang dewasa, siswa menghormati temannya
7. Mencapai standar yang tinngi (reaching high
standards).
Dalam pembelajaran ini siwa mengenal
standar yang tinggi, mengidentifikasi tujuan dan motivasi siswa untuk
mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “excellence”.
8. Menggunakan penilain autentik (using authentic assesment).
Dalam pembelajaran ini siswa menggunakan
pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang
bermakna.Misalnya siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah
mereka pelajari dalam pelajaran sains, kesehatan, pendidikan, maatematika, dan
pelajaran bahasa Inggris dengan mendesain sebuah mobil, merencanakan menu
sekolah atau membuat penyajian perihal emosi manusia.
D. Prinsip pembelajaran kontekstual
1.
Merencanakan pembelajaran sesuai dengan
kewajaran perkembangan mental (developmentally
Appropriate) siswa.
Hubungan
antara isi kurikulum dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus
didasarkan kepada kondisi sosial, emosional dan perkembangan intelektual siswa.
Jadi, usia siswa dan karakteristik individual lainnya serta kondisi sosial dan
lingkungan budaya siswa haruslah menjadi perhatian di dalam merencanakan
pembelajaran. Contohnya, apa yang telah dipelajari dan dilakukan oleh siswa
SLTP tentunya berbeda dengan apa yang dipelajari dan dikerjakan oleh siswa SMU
(Kilmer, 2001:9).
2.
Membentuk kelompok belajar yang saling
tergantung (Independent Learning Group).
Siswa
saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-kelompok kecil dan belajar
bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas). Kempuan itu merupakan bentuk kerja
sama yang diperlukan oleh orang dewasa di tempat kerja dan konteks lain. Jadi,
siswa diharapkan untuk berperan aktif.
3.
Menyediakan lingkungan yang mendukung
pembelajaran mandiri (Selfregulated Learning).
Lingkungan
yang mendukung pembelajaran mandiri memiliki tiga karakteristik umum, yaitu
kesadaran berfikir penggunaan strategi dan motivasi yang berkelanjutan.
Berdasarkan
penelitian, siswa usia 5-16 tahun secara bertahap mengalami perkembangan kesadaran
terhadap: (i) keadaan pengetahuan yang dimilikinya, (ii) karakteristik
tugas-tugas yang mempengaruhi pembelejarannya secara individual, dan (iii)
strategi belajarnya ( Brown, Bransford, Ferrara dan Campione, 1993: Flavell,
1978 dalam Paris dan Winogard, 1998).
4.
Mempertimbangkan keragaman siswa
(Diversity of Students).
Di
kelas guru harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya latar
belakang suku bangsa, status sosial-ekonomi, bahasa utama yang dipakai di
rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki.Dengan demikian,
diharapkan guru dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
5.
Memperhatikan multi - intelegensi
(Multiple Intellegences).
Dalam
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, maka cara siswa berpartisipasi
di dalam kelas harus memperhatikan kebutuhan dan delapan orientasi
pembelajarannya (spasi-verbal, linguistic-verbal, inter-presonal,
musical-ritmik, naturalis, badan-kinestetika, intrapersonal dan logismatematis)
(Gardner, 1993).
6.
Menggunakan teknik - teknik bertanya
(Questioning).
Untuk
meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan
keterampilan berfikir tingkat tinggi.Agar pembelajaran kontekstual mencapai
tujuannya, maka jenis dan tingkat pertanyaan yang tepat harus diungkapkan/ditanyakan.
Pertanyaan harus secara hati-hati direncanakan untuk menghasilkan tingkat
berfikir, tanggapan, dan tindakan yang diperlukan siswa dan seluruh peserta di
dalam proses pembelajaran kontekstual (Frazee, 2001)
7.
Menerapkan penilaian autentik (Authentic
Assesment).
Penilaian
autentik mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berfikir kompleks seorang
siswa, dari pada hanya sekedar hafalan informasi aktual. Kondisi alamiah
pembelajaran kontekstual memerlukan penilaian interdisiplin yang dapat mengukur
pengetahuan dan keterampilan lebih dalam dan dengan cara yang bervariasi
dibandingkan dengan penilaian.
2.6 MODEL
PEMBELAJARAN TERPADU di SD
A. Pengertian
Model Pembelajaran Terpadu
Menurut
Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar
yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran terpadu
merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran. belajar
mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran
terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang
mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang sudah mereka pahami. Pembelajaran terpadu lebih menekankan
pada keteribatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam
proses pembelajaran dalam pembuatan keputusan.
B. Ciri
– Ciri Pembelajaran Terpadu
1. Pembelajaran
berpusat pada anak
Pembelajaran terpadu
memberikan keleluasan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok.
Siswa dapat mencari, menggali, dan
menemukan sendiri konsep serta prinsip – prinsip materi pelajaran sesuai dengan
kemampuan masing – masing.
2. Menekankan
Pembentukan Pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu
mengkaji suatu fenomena dari berbagai aspek yang mengakibatkan pembelajarn
lebih bermakna sehingga siswa dapat menerapkan hasilnya pada pemecahan – pemecahan
masalah yang ada di kehidupan sehari – hari.
3. Belajar
Melalui Pengalaman Langsung
Pada proses
pembelajaran siswa melakukan kegiatan secara langsung, sehingga siswa tidak
hanya mendapatkan informasi dari gurunya
melainkan siswa dapat mengetahui sesuatu
melalui fakta dari hasil kegiatan yang mereka lakukan. Guru hanya berperan
sebagai fasilitator dn pembimbing.
4. Mementingkan
Proses Daripada Hasil
Pembelajaran terpadu
melibtkan siswa mulai dari perncanaan, pelaksanaan sampai evaluasi.Pembelajaran
terpadu dilaksanakan dengan melihat minat dan kemampuan siswa sehingga dapat
memotifasi siswa untuk belajar terus menerus.
5. Sarat
dengan Muatan Keterkaitan
Pembelajaran terpadu
memusatkan pada pengamatan dan pengkajian suatu peristiwa dari beberapa mata
pelajaran sekaligus, sehingga siswa dapat memahami suatu fenomena pembelajaran
dari segala sisi.
C. Prosedur
Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
1. Tahap
perencanaan pembelajaran terpadu
a. Pemilihan
tema dan unit - unit tema
Pemilihan tema bisa dari guru ataupun dari siswa. Biasanya guru yang
memilih tema dasarnya dan kemudian siswa yang menentukan unit temanya. Tema
dipilih berdasarkan minat, pengalaman, isu – isu atau buku – buku.
b. Langkah
Perencanaan Aktifitas
Langkah perncanaan
aktifitasmeliputi : peilihan sumber, pemilihan aktifitas dn perencanaan
evaluasi. Evaluasi meliputi:
1. Sasaran
evaluasai berupa proses dn hasil belajar
2. Aspek
yang di evaluasi meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Tehnik
– tehnik evaluasi:
Ø Mengamati
hasil belajar siswa dengan menggunakan daftar skala penilaian
Ø Wawancara
guru dengan siswa
Ø Tes
prestasi belajar
c. Kontrak
belajar
Memberikan arah dan isi
aktifitas siswa yang merupakan kesepakatan antara guru dan siswa.
2. Tahap
Pelaksanaan dan Evaluasi
a. Aktifitas
Siswa
Aktifitas dapat berupa
: pengumpulan informasi baik kelomp[ok maupun individual, membaca narasumber,
pengamatan lapangan, eksperimen, penyusunan informasi.
b. Kulminasi
( sharing )
Dalam bentuk penilaian
proses yaitu penyajian laporan, diskusi, unjuk kerja, pameran, evaluasi.
D. Model
– Model Pembalajaran Terpadu
Menurut
Forgarty (1991) ada 10 model pembelajaran terpadu, tetapi hanya ada 3 model
yang digunakan pada kurikulum PGSD yaitu Connected
model, Webbed model, Integrated model.
1. Model
Hubungan / Terkait (Connected model )
Pada
model ini guru menyajikan pelajaran dengan menghubungkan satu topik dengan
topik lain, suatu konsep dengan konsep lain. Keterampilan atau kemampuan pada
pokok bahasan atau sub pokok bahasa lain dalam satu mata pelajaran.
Tahap
– Tahap Model Hubungan / Terkait (Connected
model )
1. Tahap
Perencanaan
Dalam
hal ini guru dapat meminta siswa untuk memberikan usulan dengan cara curah
pendapat memilih sub – sub tema yang akan dipilih dan guru mengarahkannya, bisa
juga guru langsung menentukan tema / sub temayang disesuaikan dengan materi.
Aktifitas kegiatan dapat dilakukan
sebagai berikut :
1) Kegiatan
1
Dalam pembelajaran ini untuk mengenalkan
bilangan yang meliputi ribuan, ratusan, dan satuan.Dapat menggunakan pensil.
Ribuan Ratusan Puluhan Satuan
Kantong nilai tempat
Tempat
ribuan
|
Tempat
ratusan
|
Tempat
puluhan
|
Tempat
satuan
|
Bilangan
tersebut adalah 2221
Siswa diberikan contoh – contoh dan
latihan – latihan agar siswa terampi menulis dan membaca bilangan dan
dilanjutkan menjumlah dan mengurangkan bilangan.Contoh :
1000 + 2000 = 3000 ; 2000 + 2000 =
4000 ; 1500 + 2500 = 4000
2)
Kegiatan 2
Pada kegiatan ini guru
mengenalkan berbagai uang serta manfaat dari uang untuk jual beli. Media yang
disiapkan adalah model peraga mata uang
Pada tahap ini siswa
diperkenalkan juga nilai tukar mata uang, missal
3)
Kegiatan 3
Pada
kegiatan ini guru mengenalkan pengukuran berat dengan menimbang barang yang
beratnya 5kg, 4 kg ,3 kg, 2kg,
kg, 1 ons, 2 0ns, 3 ons. Selanjutnya
mengaitkan antar satuan seperti 1kg = 10 ons, 5kg = 50 ons, setelah itu
menjumlahkan barang – barang yang di
timbang seperti 1 kg + 2 kg + 3kg = 6kg
1
ons + 2 ons + 2 ons = 5 ons
2. Tahap Pelaksanaan
a.
Media yang di gunakan dalam pembelajaran
Ø
Timbangan
Ø
Barang sehari – hari yang dapat
ditimbang seperti gula dan beras
Ø
Model peraga uang
Ø
b.
Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam
pembelajaran ini siswa dapat bermain peran, dalam bermain peran siswa seakan –
akan bermain tetapi siswa juga berfikir dan bertindak.
1).
Siswa di bagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa.
2 siswa sebagai penjual, 3 siwa sebagai pembeli.Selanjutnya yang menjadi
penjual dan pembeli bergantian.
2).
Setiap siswa yang bertugas menjadi pembeli di beri uang misalkan Rp10000 untuk
membeli barang yang mereka inginkan, begitu juga dengan penjual di beri modal
uang dan barang – barang.Setelah selesai siswa diberi tugas Penyajian laporan
secara individu dari pengalaman siswa saat menjadi pembeli ataupun penjual
maupun tes tertulis setelah pembelajaran selesai seperti operasi penjumlahan
atau pengurangan bilangan, uang dan satuan berat.
c. Penilaian
Guru
secara terus menerus melakukan pengamatan dan penilaian baik secara individu
maupun kelompok. Aspek – aspek yang dinilai: partipasi siswa dalam kerja
kelompok, kekompakan kelompok, produktivitas kelompok, toleransi dan sikap,
penggunaan bahasa dan komunikasi.
2.
Model Jaring Laba – laba / Model Terjala
( Webbed Model )
Pada
model pembelajaran ini guru menyajikan tema dan sub tema yang telah di sepakati
dan dihubungkan demgan antar mata pelajaran.Sehingga siswa memperoleh pandangan
yang utuh mengenai hubungann tentang kegiatan dari mata pelajaran lain .
1.
Tahap perencanaan
Pada
pembelajaran ini tema dapat di tentukan oleh guru dengan melihat keterkaitan –
keterkaitan materi, misalkan tema yang dipilih adalah uang.
a).
Susunan Materi
☻Sejarah dan manfaat uang
Pada zaman primitive dulu uang belum
mereka kenal, untuk kebutuhan sehari – hari mereka menukar barang yang ia
miliki dengan barang lain atau sering disebut barter. Pada perkembangan
berikutnya diciptakan alat tukar seperti perak, emas.Alat tukar inilah cikal
bakal dari uang logam sekarang.
☻Bentuk dan bahan pembuatan uang
Ø
Uang kertas berbentuk persegi panjang
terbuat dari kertas
Ø
Uang logam berbentuk bulat pipih dengan
pinggiran bergerigi atau rata
☻Satuan nilai yang beredar di
Indonesia dan asing
Satuan
nilai yang beredar di Indonesia adalah rupah, mulai dari pecahan 25 sampai
50000 baik dari kertas atau logam di cetak oleh perum peruri, sedangkan 100.000
rupiah di cetak di Australia.
Satuan
nilai yang beredar di beberapa Negara lainnnya seperti
Malaysia
( Ringgit) , Jepang ( yen ), Arab Saudi
(Real), Belanda ( Gulden )
☻Nilai tukar mata uang di Indonesia
Contoh
☻ Badan pengelola uang dan bentuk
penyimpanannya
Badan pengelola
uang adalah bank baik bank swasta maupun bank Negara. Bentuk penyimpanyanannya
berbentuk tabungan, bisa tabungan haji, perumahan.
b)
Media yang dapat disiapkan
► model peraga mata uang
c).
Penilaian
Peniilaian proses dalam kelompok,
karangan siswa
2) Tahap Pelaksanaan
a)
Kegiatan 1
Pada
kegiatan ini meliputi materi tentang sejarah uang, kegunaan uang, nilai satuan
yang beredar di beberapa Negara lain. Siswa secara aktif dapat dilibatkan untuk
menceritakan kegunaan uang saku yang ia dapat.
b)
Kegiatan 2
Pada
kegiatan ini guru dapat membentuk kelompok untuk mengamati ciri – ciri uang
meliputi bentuk, bahan, gambar, tulisan – tulisan yang ada.Selain itu juga
siswa dalam menentukan nilai tukar mata uang.
c)
Kegiatan 3
Pada kegiatan ini guru memberikan
materi tentang badan pengelola uang yaitu bang baik bank Negara atau swasta.
Strategi yang dapat digunakan disini adalah Tanya jawab, selain itun bila
keadaan memungkinkan guru dapat mengajak siswa mengunjungi bank.
d)
Kegiatan 4
Pada kegiatan
ini siswa menjukkan hasil laporan kegiatan siswa selama pembelajaran, Siswa
yang memiliki laporan paling baik dapat di berikan hadiah kecil dari guru
sebagai penghargaan atas pekerjaannya.
BAB III
PENUTUP
3.2 KESIMPULAN
Istilah model pembelajaran dekat dengan pengertian strategi pembelajaran
dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu
strategi, metode, dan teknik. Ada berbagai macam model – model
pembelajaran inovatif yaitu model Kontekstual, Model Pembelajaran Langsung,
Model Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Berdasarkan masalah, Model
pembelajaran terpadu.Dengan model pembelajaran yang bervariatif dan inovatif,
pembelajaran dalam kelas akan lebih efektif dan efisien.
3.3 KRITIK DAN SARAN
Kritik
dan saran sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah yang kami susun
agar lebih baik lagi dan bermanfaat bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar