Isnani Rosyianti

Yang dengan sejuta impian, ingin mewarnai dunia dengan penuh semangat dan tak kenal lelah...

Yang ingin menjadi insan bermanfaat dimanapun ia berada...

Just Keep ur spirit...

do the best and be ur self ^.^

Senin, 13 Oktober 2014

Makalah teori pembelajaran humanistik



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia terlahir ke alam dunia ini dituntut untuk mencari ilmu. Tak ada alasan bagi manusia untuk tidak mencari ilmu. Manusia bisa memilih yang baik dan yang buruk karena mempunyai ilmu.Banyak jalan atau cara untuk dapat mengetahui banyak hal yaitu dengan belajar dan berusaha. Sedangkan belajar bermakna suatu proses dimana ditandai dengan adanya perubahan perilaku.

Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada stu tujuan. Dalam suatu pembelajaran perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar dikelompokkan menjadi 4 aliran yang meliputi :
Ø  Teori Behaviorisme
Ø  Teori Belajar Kognitifisme
Ø  Teori Belajar Konstruktivisme
Ø  Teori Belajar Humanistik
1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas menghasilkan rumusan maslah sebagai berikut :
Ø  Apa pengertian dari Teori Pembelajaran Humanistik?
Ø  Apa Revolusi belajar EQ menurut Golmen?
Ø  Apa Revolusi belajar SQ menurut Zohar Marshall?
Ø  Apa sajakah prinsip-prinsip teori pembelajaran humanistik?
Ø  Bagaimanakah implikasi teori ini diterapkan di Sekolah Dasar?
Ø  Apa saja peran seorang guru dalam pembelajaran?
1.3  TujuanUntuk dapat mengetahui semua yang telah dituangkan dalam rumusan masalah. Dan dapat mengetahui terobosan baru untuk diimplikasikan dalam suatu pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Belajar dan Pembelajaran Humanistik
Menurut teori humanistik belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia yakni untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Dalam hal ini, maka teori humanistik ini bersifat eklektik (memanfaatkan/merangkum semua teori apapun dengan tujuan untuk memanusiakan manusia). Aliran humanistik memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka  sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.

Tokoh-tokoh teori humanistik diantaranya sebagai berikut:
1.      Arthur Combs (1912-1999)
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan beramsumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal hal yang terpenting ialah bagaimana siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupan.
2.      Abraham Maslow
Teori Malow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal: suatu usaha yang positif untuk berkembang, kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengungkapkan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.
Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak.
3.      Carl Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar yaitu:
a.                   Kognitif (kebermaknaan)
b.                  Experiential (pengalaman)
Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan  keinginan siswa. Experiential learning mencakup: keterlibatan siswa personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Ada beberapa asumsi dasar teori Rogers adalah: Kecenderungan formatif, Segala hal di dunia baik organik maupun non organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil, Kecenderungan aktualisasi, Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mepunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

2.2 Revolusi IQ, EQ, dan SQ
Menurut Howard Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.IQ menurut Stephen R. Covey, adalah kecerdasan yang berhubungan dengan mentalitas, yaitu kecerdasan untuk menganalisis, berpikir, bahasa, berfikir abstrak.
Teori mengenai kecerdasan emosional pertama kali dicetuskan oleh Salovey dan Mayer tahun 1990. Mereka mendefinisikan EQ sebagai “kemampuan untuk memahami perasaaan diri sendiri, untuk berempati terhadap perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup seseorang”.
EQ merupakan kemampuan untuk mengendalikan, mengorganisasikan dan mempergunakan emosi ke arah kegiatan yang mendatangkan hasil optimal.
Adapun ciri-ciri kecerdasan emosional yaitu
1.Kesadaran diri (self-awreness)
2.Pengaturan diri (self-regulation)
3.Motivasi (motivation)
4.Empati (empathy)
5.Keterampilan sosial (social skill)

Menurut Golemen(2002), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage ouremotional life with intelligence), menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan social.
  Sementara itu, Hein (1999) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu bentuk kecerdasan yang berkaitan dengan sisi kehidupan emosi, seperti kemampuan untuk menghargai dan mengelola emosi diri dan orang lain, untuk memotivasi diri dan mengekang impuls, dan untuk mangatasi hubungan interpersonal secara efektif. Menurut Zohar dan Marshall, kecerdasan spiritual (SQ)  adalah kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Dan menurut Zohar dan Marshall juga mengungkapkan bahwa SQ penting dalam kehidupan. Ia menjelaskan bahwa seseorang yang SQ nya tinggi cenderung menjadi pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seseorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain
Spiritual Quotient (SQ) adalah untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan spiritual dapat membantu menyembuhkan dan membangun diri secara utuh.
SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.
Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang baik:
·         Kemampuan bersikap fleksibel
·         Tingkat kecerdasan diri yang tinggi
·         Kemampuan hidup menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
·         Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
2.3  Prinsip-prinsip Belajar Humanistik
1.      Manusia mempunyai belajar alami.
2.      Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud tertentu.
3.      Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4.      Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
5.      Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara.
6.      Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya
7.      Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar..
8.      Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
9.      Kepercayaan dalam diri siswa dapat dikembangkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
10.  Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
2.3 Implikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran
·         Pembelajaran tidak hanya mengembangkan kognisi (pengetahuan) saja, melainkan juga harus mengembangkan aspek afeksi (sikap) dan psikomotor (keterampilan) siswa.
·         Pembelajaran ditekankan juga untuk mengembangkan nilai-nilai kerja sama, saling membantu dan menguatkan kejujuran, kreativitas, moralitas, spiritualitas dalam pembelajaran.
·         Pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan serta memperhatikan aspek kecerdasan ganda yang dimiliki peserta didik.
·         Penggunaan metode, strategi dan model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif berdasarkan keberagaman kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.
2.4  Peran Guru/Pendidik Menurut Teori Humanistik
1.      Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. 
a.       Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
b.      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c.       Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d.      Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang          paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e.       Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f.       Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan       mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
g.      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan  sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang        anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h.      Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak           oleh siswa.
i.        Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan   adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
j.        Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.      Merespon perasaan siswa
2.      Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.      Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.      Menghargai siswa
5.      Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.      Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.      Tersenyum pada siswa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Teori belajar humanistik adalah teori belajar dan pembelajaran yang mengedepankan memanusiakan manusia
            Dalam pembelajaran, menurut pandangan teori humanistik pendidik bukan sekedar mengembangkan aspek kognitif siswa, akan tetapi juga pendidik diharapkan dapat mengembangkan aspek psikomotorik (keterampilan) dan aspek afeksi (sikap).
            Teori belajar humanistik merupakan menyempurna dari teori pembelajaran sebelumnya. Yang hanya menyangkup sebuah aspek saja.
            Guru dalam teori humanistik sebagai fasilitator, guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran
3.2 Saran
          Penggunaan metode pembelajaran humanistik sesuai bagi peserta didik, karena dalam metode pembelajaran humanistik tak hanya mengajarkan kognitif dan psikomotor saja, akan tetapi afektif. Hal ini diperlukan untuk mendidik peserta didik lebih memiliki sikap yang baik, tak hanya pandai dan cerdas

DAFTAR PUSTAKA
S.pd,M.pd,Mujtahidin. Teori belajar dan pembelajaran.Madura:2012
http://alkohol7.wordpress.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar