Hari itu hari jum’at, hari yang penuh dengan segala
aktifitasku yang lumayan padat. Seperti biasa, dengan mengayuh si “blue” ku
yang setia itu, pukul setengah enam pagi aku berangkat ke lab untuk
melaksanakan tugas sebagai asistan praktikum fisika, hingga kemudian berlanjut
dengan rapat pengurus mentoring, kemudian aku ke asrama untuk berlatih lomba
tausiyah. Tausiyah ?
Ya! Hari itu ada lomba PERNIK ( Pekan Religi Teknik), yang diantara lomba yang diadakan adalah lomba tilawah, lomba tausiyah, lomba blog, fotografi, kaligrafi, menulis artikel ilmiah, dll. Dan sehari sebelumnya, aku memutuskan untuk mengikuti lomba tilawah dan tartil. Padahal aku tidak punya persiapan yang matang terkait perlombaan tapi aku hanya ingin mencoba. Aku hanya mengandalkan nekad dan bismillah saja. Materi tausiyah nya pun aku tidak punya. Kemudian aku search di internet setelah selesai asprak, aku langsung latihan sebentar. Setelah itu jam satu siang berangkat ke tempat lomba karena acara lomba dimulai pukul satu.
Ya! Hari itu ada lomba PERNIK ( Pekan Religi Teknik), yang diantara lomba yang diadakan adalah lomba tilawah, lomba tausiyah, lomba blog, fotografi, kaligrafi, menulis artikel ilmiah, dll. Dan sehari sebelumnya, aku memutuskan untuk mengikuti lomba tilawah dan tartil. Padahal aku tidak punya persiapan yang matang terkait perlombaan tapi aku hanya ingin mencoba. Aku hanya mengandalkan nekad dan bismillah saja. Materi tausiyah nya pun aku tidak punya. Kemudian aku search di internet setelah selesai asprak, aku langsung latihan sebentar. Setelah itu jam satu siang berangkat ke tempat lomba karena acara lomba dimulai pukul satu.
Sekali lagi, dengan mengayuh si blue aku berangkat ke
tempat lomba. Awalnya aku agak minder karena para peserta yang umumnya
kebanyakan adik-adik MABA mempunyai suara yang merdu dan lagu tartil yang
MasyaAllah sungguh indah. Dalam hati aku takjub dan kagum sampai-sampai senyum-senyum
sendiri mendengarkan bacaan tartil mereka. Setelah beberapa peserta maju,
kemudian giliranku tiba. Aku kebagian membaca Surat Al-Kahfi ayat 54. Kemudian
aku tampil dengan lagu ku yang biasanya. Setelah selesai, rasanya sungguh lega
tapi ada satu hal yang membuatku shock dan tidak tenang adalah ternyata aku
ragu untuk mengikuti lomba tausiyah.
Aku tidak mempunyai persiapan
yang matang sedangkan aku menyaksikan sendiri beberapa dari peserta yang serius
dan sungguh-sungguh dalam latihan. Ya Allah, aku ragu. Sedikit banyak aku tahu
tentang para rivalku. Aku tahu mereka telah mempunyai persiapan yang matang.
Mereka berpotensi. Jika aku mempunyai persiapan dan waktu yang cukup untuk
berlatih, maka aku akan PD dan tidak akan minder. Saat itu juga aku dilema.
Karena di saat yang sama pula, ba’da
ashar, anak-anak LDK akan berangkat ke Lamongan untuk PDKI ( Pembinaan Dasar
Kader Islam ). Sungguh dalam hati sebenarnya aku ingin sekali mengikuti acara
itu karena PDKI adalah bagian dari proker devisi yang aku emban. Juga aku
menjadi sie acara waktu itu. Haruskah aku meninggalkan para panitia yang
pontang-panting mengurus peserta diklat ? Haruskah aku meninggalkan tanggung
jawab dan amanah yang telah diberikan ? Dan akhirnya, hati nuraniku mengatakan
tidak. Hingga aku berani memutuskan untuk tidak mengikuti lomba dan memilih
untuk mengikuti PDKI. Aku bersiap-siap lalu aku megikuti PDKI. Tepatnya di
daerah Paciran, Lamongan. Tentu saja karena diklatnya ke Paciran, rute
perjalanan yang dilalui adalah sama seperti rute perjalanan menuju rumahku.
Hmm,, ingin rasanya aku turun dari mobil dan pulang saja ke rumah karena jalan
menuju rumahku sudah di depan mata. Namun keinginan hanya menjadi keinginan,
aku harus menjalankan amanah. Di Paciran, suasananya sama seperti di rumahku.
Terang saja, Jarak dari Paciran dan kecamatanku tidak terlalu jauh.
Ada
sedikit pengalaman di hari ke dua ku disana. Tepatnya pada hari sabtu, aku dan
beberapa panitia yang lain mencari lokasi untuk dijadikan tempat outbond para
peserta. Kami yang kurang lebih ada enam orang berpencar dimulai dari pondok
yang berada di atas bukit hingga turun ke laut. Setelah cukup lama melewati
perumahan warga, kami pun sampai di area laut yang sebelumnya kami kira pantai.
Aku sudah mencoba meyakinkan bahwa di
daerah itu tidak ada pantai melainkan laut. Tapi ada beberapa ikhwan yang ngeyel.
Aku hanya bisa menuruti saja. Perjalanan pun kami lanjutkan dengan perut yang
dari tadi qashidah-an sejak pagi. I was very hungry that time -_-
Setelah cukup lama menjelajah,
pantai pun tak kunjung kami temui. Akhirnya kami memutuskan bahwa tempat
outbond adalah bukit. Setelah kami dari atas bukit, turun ke laut, kemudian
naik lagi ke bukit. Lumayan juga membuat kaki payah dan perut ku yang tadinya
qashidah-an sekarang berubah menjadi drumband-an. Sungguh, benar-benar lapar.
Kemudian kami pun membeli jajanan khas pedesaan yaitu ketan lempok. Duh, jajan yang biasanya aku beli di pasar tempat
tinggalku. Kau tahu ? sambil makan ketan, tak terasa airmataku jatuh saat itu
juga. Syukurlah tidak ada yang melihat. Segera aku menahan dan mencoba tegar.
Kerinduan pada kampung halaman yang begitu membuncah. Apalagi jarak Paciran
dengan rumahku yang tak begitu jauh. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan
pulang menuju pondok. Rasanya mau copot kaki ini. Keringat pun bercucuran tapi
tak apalah, kecintaan ku pada organisasi ini membuatku menikmati segala suka
duka di dalamnya.
Hari ketiga saat berada di lokasi outbond, aku mendapatkan
kabar yang lumayan mengejutkan dari salah seorang teman. Bahwa hari itu
pengumuman para pemenang lomba PERNIK yang bersamaan dengan acara seminar nya.
Alhamdulillah, aku mendapatkan juara ke
dua. Ternyata dugaanku benar. Juara satu memang diraih oleh salah seorang
ikhwan yang memang bagus bacaan qur’annya. Tapi aku tetap bersyukur, aku
mendapatkan satu pelajaran berharga disini. Yaitu kita tidak boleh pesimis dan
putus asa. Awalnya aku sempat merasa tidak akan menjadi juara begitu melihat
penampilan para peserta. Aku sudah tidak berharap. Namun kini, aku semakin
yakin, bahwa jika kita sudah memberikan seluruh kemampuan kita, maka masih ada
satu hal lagi yang harus kita yakini dan tidak boleh kita lupakan. Yaitu
kekuatan do’a. Allah tidak akan mengecawakan hamba yang meminta dan berharap
pada-Nya. Segala puji bagi-Mu, Ya Allah
Syukron lillah..........
# Tetaplah menggantungkan harapan
setinggi-tingginya pada Allah,
# Allah tidak akan membiarkan kita kecewa
dengan apa yang kita usahakan. Ia akan membayarnya, cepat atau lambat. Yakinlah
akan hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar