Isnani Rosyianti

Yang dengan sejuta impian, ingin mewarnai dunia dengan penuh semangat dan tak kenal lelah...

Yang ingin menjadi insan bermanfaat dimanapun ia berada...

Just Keep ur spirit...

do the best and be ur self ^.^

Rabu, 12 November 2014

Kabar yang tak terduga


            Hari itu hari jum’at, hari yang penuh dengan segala aktifitasku yang lumayan padat. Seperti biasa, dengan mengayuh si “blue” ku yang setia itu, pukul setengah enam pagi aku berangkat ke lab untuk melaksanakan tugas sebagai asistan praktikum fisika, hingga kemudian berlanjut dengan rapat pengurus mentoring, kemudian aku ke asrama untuk berlatih lomba tausiyah. Tausiyah ?
Ya! Hari itu ada lomba PERNIK ( Pekan Religi Teknik), yang diantara lomba yang diadakan adalah lomba tilawah, lomba tausiyah, lomba blog, fotografi, kaligrafi, menulis artikel ilmiah, dll. Dan sehari sebelumnya, aku memutuskan untuk mengikuti lomba tilawah dan tartil. Padahal aku tidak punya persiapan yang matang terkait perlombaan tapi aku hanya ingin mencoba. Aku hanya mengandalkan nekad dan bismillah saja. Materi tausiyah nya pun aku tidak punya. Kemudian aku search di internet setelah selesai asprak, aku langsung latihan sebentar. Setelah itu jam satu siang berangkat ke tempat lomba karena acara lomba dimulai pukul satu.
            Sekali lagi, dengan mengayuh si blue aku berangkat ke tempat lomba. Awalnya aku agak minder karena para peserta yang umumnya kebanyakan adik-adik MABA mempunyai suara yang merdu dan lagu tartil yang MasyaAllah sungguh indah. Dalam hati aku takjub dan kagum sampai-sampai senyum-senyum sendiri mendengarkan bacaan tartil mereka. Setelah beberapa peserta maju, kemudian giliranku tiba. Aku kebagian membaca Surat Al-Kahfi ayat 54. Kemudian aku tampil dengan lagu ku yang biasanya. Setelah selesai, rasanya sungguh lega tapi ada satu hal yang membuatku shock dan tidak tenang adalah ternyata aku ragu untuk mengikuti lomba tausiyah.
            Aku tidak mempunyai persiapan yang matang sedangkan aku menyaksikan sendiri beberapa dari peserta yang serius dan sungguh-sungguh dalam latihan. Ya Allah, aku ragu. Sedikit banyak aku tahu tentang para rivalku. Aku tahu mereka telah mempunyai persiapan yang matang. Mereka berpotensi. Jika aku mempunyai persiapan dan waktu yang cukup untuk berlatih, maka aku akan PD dan tidak akan minder. Saat itu juga aku dilema. Karena  di saat yang sama pula, ba’da ashar, anak-anak LDK akan berangkat ke Lamongan untuk PDKI ( Pembinaan Dasar Kader Islam ). Sungguh dalam hati sebenarnya aku ingin sekali mengikuti acara itu karena PDKI adalah bagian dari proker devisi yang aku emban. Juga aku menjadi sie acara waktu itu. Haruskah aku meninggalkan para panitia yang pontang-panting mengurus peserta diklat ? Haruskah aku meninggalkan tanggung jawab dan amanah yang telah diberikan ? Dan akhirnya, hati nuraniku mengatakan tidak. Hingga aku berani memutuskan untuk tidak mengikuti lomba dan memilih untuk mengikuti PDKI. Aku bersiap-siap lalu aku megikuti PDKI. Tepatnya di daerah Paciran, Lamongan. Tentu saja karena diklatnya ke Paciran, rute perjalanan yang dilalui adalah sama seperti rute perjalanan menuju rumahku. Hmm,, ingin rasanya aku turun dari mobil dan pulang saja ke rumah karena jalan menuju rumahku sudah di depan mata. Namun keinginan hanya menjadi keinginan, aku harus menjalankan amanah. Di Paciran, suasananya sama seperti di rumahku. Terang saja, Jarak dari Paciran dan kecamatanku tidak terlalu jauh.
            Ada sedikit pengalaman di hari ke dua ku disana. Tepatnya pada hari sabtu, aku dan beberapa panitia yang lain mencari lokasi untuk dijadikan tempat outbond para peserta. Kami yang kurang lebih ada enam orang berpencar dimulai dari pondok yang berada di atas bukit hingga turun ke laut. Setelah cukup lama melewati perumahan warga, kami pun sampai di area laut yang sebelumnya kami kira pantai. Aku sudah mencoba meyakinkan bahwa  di daerah itu tidak ada pantai melainkan laut. Tapi ada beberapa ikhwan yang ngeyel. Aku hanya bisa menuruti saja. Perjalanan pun kami lanjutkan dengan perut yang dari tadi qashidah-an sejak pagi. I was very hungry that time -_-
            Setelah cukup lama menjelajah, pantai pun tak kunjung kami temui. Akhirnya kami memutuskan bahwa tempat outbond adalah bukit. Setelah kami dari atas bukit, turun ke laut, kemudian naik lagi ke bukit. Lumayan juga membuat kaki payah dan perut ku yang tadinya qashidah-an sekarang berubah menjadi drumband-an. Sungguh, benar-benar lapar. Kemudian kami pun membeli jajanan khas pedesaan yaitu ketan lempok. Duh, jajan yang biasanya aku beli di pasar tempat tinggalku. Kau tahu ? sambil makan ketan, tak terasa airmataku jatuh saat itu juga. Syukurlah tidak ada yang melihat. Segera aku menahan dan mencoba tegar. Kerinduan pada kampung halaman yang begitu membuncah. Apalagi jarak Paciran dengan rumahku yang tak begitu jauh. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan pulang menuju pondok. Rasanya mau copot kaki ini. Keringat pun bercucuran tapi tak apalah, kecintaan ku pada organisasi ini membuatku menikmati segala suka duka di dalamnya. 
            Hari ketiga saat berada di lokasi outbond, aku mendapatkan kabar yang lumayan mengejutkan dari salah seorang teman. Bahwa hari itu pengumuman para pemenang lomba PERNIK yang bersamaan dengan acara seminar nya. Alhamdulillah,  aku mendapatkan juara ke dua. Ternyata dugaanku benar. Juara satu memang diraih oleh salah seorang ikhwan yang memang bagus bacaan qur’annya. Tapi aku tetap bersyukur, aku mendapatkan satu pelajaran berharga disini. Yaitu kita tidak boleh pesimis dan putus asa. Awalnya aku sempat merasa tidak akan menjadi juara begitu melihat penampilan para peserta. Aku sudah tidak berharap. Namun kini, aku semakin yakin, bahwa jika kita sudah memberikan seluruh kemampuan kita, maka masih ada satu hal lagi yang harus kita yakini dan tidak boleh kita lupakan. Yaitu kekuatan do’a. Allah tidak akan mengecawakan hamba yang meminta dan berharap pada-Nya. Segala puji bagi-Mu, Ya Allah
Syukron lillah.......... 
# Tetaplah menggantungkan harapan setinggi-tingginya pada Allah,
# Allah tidak akan membiarkan kita kecewa dengan apa yang kita usahakan. Ia akan membayarnya, cepat atau lambat. Yakinlah akan hal itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar